Sebagian orangtua mungkin merasa frustrasi ketika anaknya belum juga tuntas melakukan toilet training. Atau, sudah berhasil tidak memakai popok selama beberapa bulan, tapi tiba-tiba si kecil kembali berak di celana alias BAB di celana. Jika ingin mengajari anak agar tidak lagi melakukannya, kenali dulu apa pemicunya.

Jangan dulu terbawa emosi ketika anak BAB di celana. Kondisi ini belum tentu berarti anak malas buang air ke kamar mandi atau melakukannya dengan sengaja. Bagi anak berusia di atas 4 tahun, ada kondisi disebut enkopresis (encopresis), yaitu saat anak tidak bisa mendeteksi keinginannya untuk buang air besar.

Apa itu encopresis?
Mungkin ketika enkopresis terjadi, orangtua akan berpikir si kecil sedang mengalami diare. Berbeda dengan diare, enkopresis membuat berak di celana terjadi lebih sering, bahkan ketika pencernaan anak sedang baik-baik saja.

Masalah ini terjadi karena ada penumpukan kotoran di usus besar sehingga sarafnya tidak bisa memberi sinyal pada otak bahwa inilah saatnya untuk buang air besar. Apabila dibiarkan, enkopresis bisa membuat anak kehilangan nafsu makan atau merasakan nyeri di perutnya.

Belum lagi jika anak mengalami BAB keras, maka kulit di sekitar anus bisa robek. Bukan tidak mungkin ke depannya ia justru menahan buang air besar karena tidak ingin merasakan sakit lagi. Ini adalah siklus yang tidak sehat bagi sistem pembuangan anak.

Semakin sering anak menahan BAB karena tidak ingin merasakan nyeri akibat feses yang keras, semakin terganggu kinerja saraf yang memberikan sinyal bahwa ini saatnya untuk BAB ke kamar mandi.

Cara mengajari anak berhenti BAB di celana
Secara bertahap, orangtua bisa mengajari anak cara berhenti BAB di celana. Ingat, enkopresis bukanlah masalah perilaku atau kurangnya pengendalian diri anak saja. Jadi, memberikan hukuman bukanlah solusi yang tepat.

Konsultasikan kepada dokter spesialis anak bagaimana cara mengatasi kondisi ini. Beberapa langkah penanganan yang bisa dilakukan secara bertahap di antaranya:

1. Mengosongkan rektum dan usus
Bergantung pada usia anak, dokter akan merekomendasikan konsumsi obat yang bisa membuat feses menjadi lebih lunak.

Namun, pemberian obat semacam ini hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan dokter. Jangan memberikan obat sembarangan kepada anak tanpa berkonsultasi sebelumnya dengan dokter.

2. Atur jadwal
Ketika anak mulai mengonsumsi obat yang bisa melunakkan feses atau laksatif, segera atur jadwal teratur kapan waktunya BAB di kamar mandi.

Cara ini penting untuk memberi kesempatan bagi usus agar menyusut ke ukuran normal. Terlebih bagi anak yang mengalami enkopresis, otot di sekitar ususnya pernah meregang maksimal sehingga perlu waktu untuk pulih.

Orangtua bisa menyusun jadwal buang air besar setelah makan. Pada tahap ini, usus mendapatkan stimulasi secara alami. Berikan waktu bagi anak untuk duduk selama 5-10 menit sehingga ia bisa fokus pada sinyal dari sistem pencernaannya.

3. Tetap tenang
Jangan sekalipun menunjukkan rasa kesal atau frustrasi di depan anak-anak, terutama setelah terjadi insiden berak di celana.

Perasaan tersebut hanya akan membuat anak bereaksi sama negatifnya, dan tidak bisa memutus siklus masalah sinyal saat ingin buang air besar yang ia alami.

4. Berikan kepercayaan
Secara bertahap ketika jadwal buang air besar sudah menjadi lebih teratur, berikan kepercayaan lebih kepada anak. Selain itu, berikan privasi ketika ia sedang buang air besar.

Ajarkan pula bagaimana membersihkan anus dan toilet setelah menuntaskan BAB, serta berikan apresiasi jika ia sudah berhasil.

5. Mengenali ciri-ciri anak ingin BAB
Salah satu cara mencegah anak BAB di celana adalah mengenali ciri-ciri anak yang sedang ingin BAB.

Setiap anak tentu dapat menunjukkan ciri-ciri ingin BAB yang berbeda-beda. Misalnya, bersembunyi di belakang pintu atau berdiam diri di pojokan.

Jika si kecil sudah menunjukkan ciri-ciri ini, segeralah bawa ia ke kamar mandi agar bisa BAB di dalam toilet.

Lambat laun, cara mengatasi agar anak tidak buang air besar di celana ini dapat membuatnya terbiasa untuk selalu pergi mencari toilet ketika kebelet buang air.

6. Minta anak untuk membersihkan kotoran BAB-nya
Supaya anak tidak lagi BAB di celana, cobalah bantu dirinya untuk membersihkan kotoran BAB-nya sendiri.

Misalnya, jika si kecil berak di celana, cobalah pandu untuk menggunakan tisu atau lap untuk mengangkat dan membuang kotoran BAB-nya ke dalam toilet. Selanjutnya, minta anak untuk membersihkan celana dalamnya sendiri.

Hal ini diharapkan dapat membuat anak termotivasi agar dirinya tidak BAB di celana lagi.

7. Lepas popok dan celananya dalam satu hari
Cara mengatasi agar anak tidak buang air besar di celana selanjutnya adalah melepas popok dan celananya dalam satu hari. Misalnya, pada hari Sabtu atau Minggu ketika Anda sedang beraktivitas di rumah saja.

Ketika si kecil tidak menggunakan popok atau celana, kemungkinan besar ia akan memberi tahu orangtuanya bahwa ia ingin BAB.

Jika sudah, cobalah ajak anak pergi ke luar rumah hanya menggunakan celananya saja, tanpa popok atau celana dalam. Hal ini dilakukan agar ia bisa melatih diri untuk mencari toilet ketika merasakan sensasi ingin BAB.

Ada banyak cara kreatif yang bisa dilakukan untuk membantu anak mengatur jadwal buang air besar yang teratur, sekaligus menghindari BAB di celana. Lakukan secara perlahan dan menyenangkan, seperti memasang stiker reward di pintu kamar mandi atau melakukan validasi atas emosi yang ia rasakan setiap harinya.

Sebisa mungkin hindari menunjukkan emosi negatif, seperti berteriak atau menyalahkan anak, karena hanya akan membuatnya merasa bersalah. Tidak akan ada solusi pada situasi seperti itu, terutama jika anak mengalami enkopresis, karena ini bukan sekadar masalah perilaku.

Bagi Anda yang memiliki pertanyaan seputar kesehatan anak, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.