Terdapat beberapa perbedaan gejala pada gelombang ketiga Covid-19 ini, salah satunya adalah anosmia pada Omicron. Varian Corona tersebut memang klaimnya memiliki gejala seperti flu.

Akan tetapi, Omicron tetaplah varian Covid-19. Virus yang hingga saat ini perlu lebih dalam dalam memahaminya, serta paparannya tetap tidak seringan flu biasa. Meski lebih ringan dari Delta, akan tetapi virus ini membandel pada tubuh dengan imunitas atau kekebalan yang lebih rendah.

Satu di antara sekian gejala khas Covid-19 yang menetap adalah anosmia. Hanya saja, gejala ini muncul pada penderita secara acak (tidak semua mengalami anosmia). Anosmia ialah kondisi di mana penderita Covid-19 kehilangan kemampuan untuk mencium aroma atau mengecap rasa makanan dan minuman. Yuk kita cari tahu lebih lanjut.

Anosmia pada Omicron jarang terjadi
[Sumber gambar]Seperti yang sudah kita bahas di muka, intensitas anosmia pada penderita Covid Omicron memang tidak sebanyak kasus pendahulunya. Apabila terjadi, sebagian besar kehilangan fungsi mencium bau dan mengecap rasa ini lebih karena pengaruh hidung tersumbat dan gangguan pada saluran pernafasan atas.

Melansir dari Detik, spesialis paru RS Persahabatan, dr. Erlina Burhan SpP(K), menjelaskan bahwa hal ini karena anosmia sebenarnya adalah gejala khas dari varian Delta. Di mana kondisi anosmia yang sesungguhnya, terjadi karena virus melewati area sawar darah otak. Efeknya adalah mengganggu sistem saraf yang ada di sekitarnya, termasuk saraf yang membantu kita dalam mencium bau dan mengecap rasa.

Membedakan anosmia pada Omicron dengan varian sebelumnya
Jika kita merasakan anosmia pada saat positif Covid-19 di gelombang ketiga ini, jangan panik. Anosmia merupakan salah satu efek samping masuknya virus, sehingga sebenarnya yang membahayakan bukanlah kondisi kehilangan indra pengecap atau perasa ini.

Pada Omicron, cenderung tidak ada anosmia. Bila kita merasa gejala ini muncul, perhatikan dalam beberapa hari. Apabila gejala tersebut hilang dalam beberapa waktu, maka kemungkinan jenis positif Covid-19 yang kita alami adalah Omicron.

Varian Delta dan pendahulunya, memiliki gejala anosmia yang bisa lebih berkepanjangan. Bahkan, kita memerlukan terapi ringan untuk bisa mengembalikan kondisi ini seperti semula. Pada beberapa alumni Covid-19 generasi sebelumnya, ketidakmampuan membau dan mengecap ini bahkan belum kembali secara optimal setelah dinyatakan sembuh.

Cara mengembalikan anosmia pada Omicron
[Sumber gambar]Bila kondisi yang terasa mirip anosmia muncul pada kita saat terpapar Omicron, ada beberapa cara untuk membantunya lekas pulih. Karena pada dasarnya varian ini punya gejala yang tidak lebih berat. Berikut ini di antaranya:

1. Latihan penciuman dengan aroma yang menyengat. Misalnya bawang putih, inhaler, kulit jeruk, tanaman aromatik dan lainnya.
2. Rajin berkumur. Meski secara tidak langsung, namun cara ini bisa membantu membersihkan rongga mulut dan tenggorokan. Cara ini membantu meredakan gejala batuk dan radang, sehingga gejala bisa lebih cepat sembuh.
3. Essential oil dan diffuser. Menggunakan aroma terapi untuk melatih daya penciuman dan perasa. Selain itu, efek relaksasinya juga bisa membantu penyembuhan dan kualitas istirahat kita.
4. Tenang dan sabar. Pandemi ini memunculkan rasa takut dan cemas, apalagi saat gejalanya sulit sembuh dalam waktu singkat. Sebagian besar kesembuhan datangnya dari pikiran kita, jadi sebisa mungkin tetap fokus dan rileks dalam usaha mengembalikan kemampuan indra perasa dan penciuman kita.

Gejala lain yang lebih perlu kita pantau saat terpapar Covid-19
[Sumber gambar]Virus Corona menerjang imunitas kita bisa dengan berbagai gejala. Mulai dari demam, batuk dan pilek seperti flu, sesak nafas, mual dan tubuh kehabisan energi dengan cepat. Di antara ke semua kondisi tersebut, ada beberapa yang lebih memerlukan perhatian kita. Di antaranya adalah:

1. Demam yang mungkin berkepanjangan atau hilang timbul. Simptom ini kemungkinan muncul pada mereka yang kekebalannya lebih rendah, lansia atau komorbid (dengan penyakit bawaan). Pantau secara berkala, dan bila perlu konsultasikan dengan nakes puskesmas atau rumah sakit yang menjadi rujukan kasus Covid-19 setempat.
2. Sesak nafas. Flu bisa menyebabkan sesak nafas bila terjadi hambatan pada saluran respirasi kita. Tapi varian sebelumnya, sesak nafas terjadi karena paru-paru telah terinfeksi dan menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Untuk lebih amannya, pantau selalu saturasi oksigen kita, dan bila mulai menurun di bawah 92, segera ke UGD terdekat.
3. Mual, diare dan muntah berlebihan. Karena kondisi ini bisa dengan cepat menurunkan kekuatan dan kesadaran penderita. Bila kondisi nampak mengkhawatirkan, sebaiknya segera merujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

Apabila terjadi perburukan pada beberapa kondisi di atas, segerakan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat.

Swab PCR bila mengalami gejala Covid-19

Sebagai tindakan pertama bila kita mengalami gejala yang mengarah pada Covid-19 (seperti demam, flu, kehilangan kemampuan pada indera penciuman dan perasa) langkah yang bijak untuk segera swab PCR atau antigen. Karena dengan demikian bisa memastikan kondisi yang sedang kita alami dan mencegah potensi penularan lebih jauh.

GSI Lab telah memberikan layanan swab PCR dan antigen di Jabodetabek dan Bali. Bila kamu memenuhi persyaratan dan membutuhkan, juga bisa memanfaatkan fasilitas swab gratis yang tersedia. Tinggal lihat syarat dan ketentuan mudahnya di sini.Karena sejatinya kesehatan adalah hak seluruh warga masyarakat.

Banyak juga orang yang sudah bergabung sebagai donatur dalam program mulia ini. Bila ingin menjadi bagian dalam gerakan berbagi GSI Lab, silakan mengunjungi tautan ini. Sekecil apapun kontribusi kita, sangat besar maknanya bagi hidup orang lain.

BACA JUGA: Latihan Memulihkan Anosmia dengan Bahan-bahan Berikut

Omicron dan berbagai gejalanya memang terkesan ringan, tapi banyak orang yang sedang mengalaminya, melaporkan kondisi yang tetap tak bisa kita remehkan. Jadi selalu patuhi protokol kesehatan, demi kesehatan dan keselamatan kita bersama.