Break-even point atau BEP adalah istilah yang lazim dijumpai dalam dunia investasi dan usaha. Bagi mereka, BEP merupakan momen yang sangat menentukan langkah investasi dan usaha mereka ke depan. Karena itu, penting untuk mengetahui rumus dan cara menghitung BEP agar tahu kapan saatnya untuk bertindak lebih lanjut dalam menjalankan investasi ataupun usaha.

Apa Itu BEP?
Menurut definisi Investopedia, BEP adalah istilah yang bisa dipakai dalam beragam konteks. Dalam hal akuntansi di bidang usaha, BEP mengacu pada titik ketika total pemasukan sama dengan total pengeluaran. Pada titik ini, sebuah usaha tidak menghasilkan laba ataupun kerugian. Makanya istilah ini juga disebut sebagai titik impas dalam bahasa Indonesia.

BEP berbeda dengan ROI alias return of investment. BEP adalah titik impas, sedangkan ROI adalah balik modal. Ketika mencapai ROI, berarti suatu usaha sudah mendapatkan profit dari penjualannya. ROI menandai sudah kembalinya semua modal yang telah dikeluarkan untuk mendirikan dan menjalankan usaha.

Untuk mengidentifikasi BEP dalam bisnis, Anda perlu melakukan analisis titik impas. Terdapat dua cara analisis, yaitu:

* Di level usaha: BEP ditentukan untuk keseluruhan bisnis
* Di level produk: BEP dilihat dari titik ketika sebuah produk dapat menghasilkan profit

Anda bisa menggunakan salah satu atau keduanya sekaligus. Analisis BEP sangat penting diketahui karena banyak manfaatnya bagi usaha yang sedang dijalankan. Yang utama pastinya Anda bisa tahu harus menghasilkan penjualan seberapa banyak untuk melampaui biaya pendirian dan pengelolaan usaha, seperti gaji karyawan, sewa kantor, dan peralatan.

Yang tak kalah penting dari analisis BEP adalah Anda dapat memahami kondisi finansial usaha Anda, apakah baik-baik saja atau sedang tertatih-tatih. Dengan begitu, Anda dapat mengambil alih kendali untuk menyingkirkan hal-hal yang bisa menghalangi upaya mencapai titik impas sekaligus mencari cara untuk meningkatkan margin profit.

Analisis itu dilakukan dengan cara menghitung BEP. Dari analisis itu Anda bisa mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai titik impas sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya:

* Menyesuaikan harga bila harga saat ini dinilai terlalu rendah untuk mencapai hasil yang ditargetkan dalam jangka waktu yang ditetapkan.
* Mengefisienkan biaya bahan baku dan tenaga kerja tanpa mengorbankan kualitas.
* Meluncurkan produk baru dengan memperhatikan biaya variabel dan biaya tetap.
* Membuat perencanaan bisnis untuk merumuskan strategi pertumbuhan jangka panjang terkait dengan munculnya biaya tetap baru, seperti kenaikan harga sewa ketika pindah ke tempat yang lebih besar.
* Menyelaraskan upaya untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang dengan cara yang lebih baik.

Photo by: Dan Bach

(Baca: Memahami Bisnis Model Canvas: Elemen, Cara Membuat, dan Contohnya)

Rumus Menghitung BEP
Penghitungan BEP adalah tahap yang tak boleh dilewati saat mengelola usaha. Untuk itu, Anda perlu mengetahui sejumlah komponen BEP, yaitu:

1. Biaya Tetap
Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang tidak bertambah atau berkurang terlepas dari berapa banyak produk yang dijual. Dengan kata lain, perusahaan perlu membayar biaya ini bahkan ketika tidak menjual satu pun produk. Contoh biaya tetap:

* Sewa kantor
* Sewa gudang
* Gaji karyawan
* Asuransi

2. Biaya Variabel
Kebalikan dari biaya tetap, biaya variabel berubah seiring dengan jumlah produk yang Anda jual. Contoh biaya variabel:

* Bahan baku produksi
* Pajak bea masuk
* Komisi
* Upah lembur
* Transportasi

Ada dua rumus menghitung BEP berdasarkan komponen itu. Pertama, menggunakan dasar jumlah unit yang perlu dijual untuk menutup keseluruhan biaya (berdasarkan unit satuan). Kedua, melihat seberapa banyak pendapatan yang perlu dihasilkan untuk mencapai titik impas (berdasarkan penjualan). Rumus untuk masing-masing cara itu berbeda.

Rumus BEP berdasarkan unit satuan:

BEP (unit) = biaya tetap ÷ (harga jual per unit – biaya variabel per unit)

Rumus berdasarkan penjualan:

BEP (rupiah) = biaya tetap ÷ (harga jual per unit – biaya variabel per unit) ÷ harga jual per unit

(Baca: 15 Cara Mengelola Keuangan Usaha dengan Baik dan Efisien)

Untuk mengetahui cara menghitung BEP, kita lihat contoh kasus berikut ini. PT Maju Jaya memiliki harga jual per unit produk sebesar Rp 100.000. Biaya tetap bulanannya Rp 1.000.000 dan biaya variabelnya Rp 50.000 per unit. Maka dengan rumus BEP per unit satuan, jumlah unit yang perlu dijual untuk mencapai titik impas adalah:

Rp 1.000.000 ÷ (Rp 100.000 – Rp 50.000) = 20 unit

Dengan demikian, PT Maju Jaya perlu menjual 20 unit produknya untuk mencapai titik impas.

Adapun untuk cara kedua dengan dasar penjualan, harus diketahui dulu margin kontribusi produk. Margin kontribusi didapatkan mengurangkan biaya variabel dari harga jual per unit, lalu dibagi dengan harga jual per unit. Dengan contoh biaya PT Maju Jaya di atas, maka untuk mencapai titik impas diperlukan penjualan sebesar:

Rp 1.000.000 ÷ (Rp 100.000 – Rp 50.000) ÷ Rp 100.000 = Rp 2.000.000

Dengan begitu, PT Istana Raja perlu mencapai penjualan produk sebesar Rp 2.000.000 untuk mencapai BEP. Untuk mengonfirmasi BEP berdasarkan penjualan ini sudah sesuai, kalikan BEP unit di atas dengan harga jual per unit. Hasilnya sama, yaitu 20 unit x Rp 100.000 = Rp 2.000.000.

Keuntungan lain mengetahui BEP adalah Anda juga bisa merancang target perolehan laba dalam jangka waktu tertentu. Misalnya PT Maju Jaya menargetkan laba sebesar Rp 20.000.000. Maka minimal penjualannya bisa dihitung dengan rumus:

BEP laba = (biaya tetap + target laba) ÷ (harga per unit – biaya variabel per unit)

Hitungannya:

(Rp 1.000.000 + Rp 20.000.000) ÷ (Rp 100.000 – Rp 50.000)

Rp 21.000.000 ÷ Rp 50.000 = 420 unit

Jadi PT Maju Jaya harus menjual minimal 420 unit produknya untuk mencapai target laba sebesar Rp 20.000.000.

Demikian sekilas penjelasan mengenai BEP dan rumus penghitungannya. Mengetahui BEP adalah satu langkah maju untuk mencapai tujuan usaha. Gunakan data dalam pembukuan akuntansi untuk mengidentifikasi semua komponen biaya yang akan dihitung. Untuk mempermudah penghitungan, Anda dapat memanfaatkan software akuntansi yang terintegrasi dengan platform manajemen pengeluaran. Lewat platform ini, Anda dapat mengatur biaya usaha sekaligus melacak setiap pengeluaran yang dilakukan oleh setiap pegawai. Transaksi itu pun bisa langsung terekam dan diolah untuk dimasukkan ke pembukuan akuntansi yang wajib ada dalam kegiatan usaha.