Pada dasarnya, ada dua rumus yang paling populer untuk menghitung Break Even Point, yaitu BEP Unit dan BEP Nominal (Rupiah) seperti berikut:

Rumus BEP Unit:
Q = Total Biaya Tetap ⁄ (Harga Jual Per Unit Produk − Biaya Variabel Per Unit Produk)

Rumus BEP Nominal (Rupiah):
P = Total Biaya Tetap ⁄ (1 − Biaya Variabel Per Unit Produk ⁄ Harga Jual Per Unit Produk)

Nah dalam panduan kali ini, Saya tidak hanya membahas kedua rumus BEP ini saja. Melainkan akan Saya bahas mulai dari definisi (menurut para ahli), analisis BEP, tujuan, Rumus + Contoh Cara menghitung BEP, hingga batasan.

Apa itu Break Even Point (BEP) ?
Break Even Point (BEP) adalah suatu titik dimana jumlah pendapatan usaha sudah mampu menutupi seluruh biaya, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel.

Sebagai contoh, total pengeluaran PT M Jurnal Com Tbk dalam proses produksi sebesar Rp 150.000.000. Untuk mencapai titik impas (BEP), maka perusahaan harus mampu mendapatkan pendapatan sebesar Rp 150.000.000.

Note: Pendapatan − Pengeluaran = Rp 150.000.000 − Rp 150.000.000 = 0.

Jadi, jika pendapatan perusahaan dikurangi pengeluaran sama dengan nol (0), maka kondisi ini disebut juga dengan Break Even Point (BEP).

Dengan kata lain, bisnis tersebut tidak mendapatkan keuntungan maupun mengalami kerugian. Inilah yang Kita kenal dengan istilah Balik Modal atau Titik Impas.

Seperti biasa, itu pendapat dan pemahaman Saya pribadi. Jika itu sudah cukup untuk Anda, silahkan skip kebagian Analisis Break Even Point.

Namun, jika Anda membutuhkan pengertian Break Even Point menurut para ahli, coba gunakan pendapat berikut:

V. Wiranata Sujarweni (2017:121)
> Titik Impas atau Break Even Point (BEP) adalah suatu kondisi dimana perusahaan dalam usahanya tidak mendapatkan untung maupun tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan ataupun kerugian sama dengan nol. Dapat terjadi titik impas apabila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.

V. Wiranata Sujarweni (2017:121)
Dwi Prastowo (2015:158)
> Titik impas (break even point) adalah titik dimana total biaya sama dengan total penghasilan. Dengan demikian, pada titik impas tidak ada laba maupun rugi yang diterima oleh perusahaan.

Dwi Prastowo (2015:158)
Pentingnya Melakukan Analisis Break Even Point (BEP)
Intinya, Analisis BEP merupakan suatu analisis yang dilakukan oleh menajemen keuangan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan laba.

Pada umumnya, Analisis Break Even Point lebih sering digunakan apabila perusahaan memproduksi suatu produk yang membutuhkan biaya tetap dan variabel.

Jika sudah mengetahui hasil analisis Break Even Point, maka manajemen dapat menyusun strategi dan menentukan langkah perusahaan selanjutnya untuk mendapatkan laba.

Ketika sebuah bisnis sudah mengalami / mencapai titik impas sebelum periode berakhir, maka pendapatan dari hasil penjualan berikutnya merupakan laba bagi perusahaan.

Karena setelah mencapai BEP, maka tidak ada lagi beban (biaya) yang perlu ditutupi dari pendapatan yang dihasilkan.

Namun, apabila sudah mencapai akhir periode dan perusahaan hanya mampu mencapai BEP, itu artinya tidak ada laba bagi perusahaan.

Manajemen keuangan perlu membenahi strategi untuk menekan biaya agar mendapatkan keuntungan sesuai tujuan perusahaan.

Itulah pentingnya bagi manajemen keuangan perusahaan untuk melakukan Analisis BEP.

Tujuan dan Manfaat Break Even Point
Secara garis besar, Analisis Break Even Point bertujuan untuk membantu manajemen dalam menyusun perencanaan dan strategi serta pengambilan keputusan finansial perusahaan.

Ketika manajemen perusahaan sudah memiliki hasil analisis Break Even Point, maka ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan, yaitu:

1. Sebagai acuan dalam merencanakan target laba.
2. Mengukur tingkat volume penjualan yang paling optimal.
3. Manajemen dapat mengetahui jumlah penjualan produk minimum untuk menghindari kerugian.
4. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyesuaikan harga jual yang optimal.
5. Untuk mengestimasi pencapaian target minimum agar tidak menderita kerugian (dalam waktu, seperti bulan).
6. Sebagai acuan untuk mengestimasi minimum penjualan produk untuk mencapati target keuntungan tertentu.

Masih banyak manfaat lainnya. Biar semakin jelas, pahami rumus dan komponem dasar Break Even Point berikut:

Rumus Menghitung Break Even Point dan Komponen Dasar
Terdapat empat komponen perhitungan dasar yang ada dalam rumus BEP, yaitu:

1. Fixed Cost merupakan biaya tetap yang besarannya konstan (tetap) meskipun volume produksi bertambah maupun berkurang dalam batas tertentu. Contohnya biaya gaji karyawan, penyusutan aktiva, sewa, dll.
2. Variabel Cost merupakan biaya tidak tetap yang besarannya berubah-ubah secara proporsional atau sebanding atas setiap peningkatan atau menurunan volume produksi. Contohnya biaya bahan baku dan pengemasan.
3. Revenue merupakan total pendapatan usaha dari hasil penjualan produk / jasa.
4. Profit merupakan laba, yaitu selisih dari total pendapatan dengan total biaya tetap dan biaya variabel.

Ke-empat komponen BEP tersebut digunakan secara terpisah untuk masing-masing metode perhitungan BEP.

Pada dasarnya, ada tiga metode untuk menghitung nilai BEP yaitu metode persamaan, margin kontribusi, dan grafik. Namun, hasil perhitungan dari ketiga metode ini akan memberikan hasil yang sama.

BTW, pada awal panduan ini Saya menyebutkan ada dua rumus untuk menghitung BEP yang paling populer, yaitu BEP Unit dan BEP Nominal (Rupiah).

Note: Kedua rumus BEP ini termasuk ke dalam metode persamaan.

Untuk menambah pemahaman Anda, Saya tampilkan kembali rumus BEP tersebut:

Rumus BEP Unit:
Q = Total Biaya Tetap ⁄ (Harga Jual Per Unit Produk − Biaya Variabel Per Unit Produk)

Rumus BEP Nominal (Rupiah):
P = Total Biaya Tetap ⁄ (1 − Biaya Variabel Per Unit Produk ⁄ Harga Jual Per Unit Produk)

Jadi, untuk menghitung Break Even Point, Anda harus mengetahui informasi mengenai data Total Biaya Tetap, Harga Jual Per Unit Produk, dan Biaya Variabel Per Unit Produk.

Note: Break Even Point dalam unit dilambangkan dengan huruf “Q” artinya Quantity. Sedangkan dalam rupiah dilambangkan dengan huruf “P” artinya Price.

Contoh Menghitung BEP Unit dan Nominal (Rupiah)
Sebagai contoh, katakanlah Tuan Dwi memproduksi dan menjual Bingkai Foto dengan detail sebagai berikut:

KomponenNilaiBiaya TetapRp 600.000/tahunBiaya Variabel Per Unit ProdukRp 15.000/unitHarga Jual Per Unit ProdukRp 20.000/unitTabel: Contoh soal menghitung Break Even Point Unit dan RupiahPertanyaannya:

1. Berapa BEP dalam Unit ?
2. Berapa BEP dalam Rupiah ?
3. Hitung estimasi waktu untuk mencapai BEP !
4. Jika Tuan Dwi mengharapkan laba bersih sebesar Rp 3.000.000/Bulan, berapa unit produk yang harus terjual per bulan ?

Mari Kita lihat jawaban dan langkah penyelesaiannya…

#1 Menghitung BEP Unit
Ingat! BEP Unit dihitung dengan cara membagi Biaya Tetap (Fixed Cost) dengan selisih antara Harga Jual Per Unit Produk dan Biaya Variabel Per Unit Produk (Variabel Cost).

Jadi…

Cara menghitung BEP Unit:
Q = Rp 600.000 ⁄ (Rp 20.000 − Rp 15.000)
Q = Rp 600.000 ⁄ Rp 5.000
= 120 Unit

Artinya, untuk mencapai Break Even Point atau Balik Modal, maka Tuan Dwi harus mampu menjual minimal 120 unit bingkai foto per tahun.

#2 Menghitung BEP Nominal (Rupiah)
Langsung saja masukkan data-data yang dibutuhkan ke dalam rumus BEP nominal seperti berikut:

Cara Menghitung BEP Nominal (Rupiah):
P = Rp 600.000 ⁄ (1 − Rp 15.000 ⁄ Rp 20.000)
P = Rp 600.000 ⁄ (1 − 0,75)
= Rp 600.000 ⁄ 0,25
= Rp 2.400.000

Hasil BEP Nominal (Rupiah) berguna untuk menunjukkan titik impas untuk total penjualan dalam satuan nominal (rupiah).

Artinya, agar tidak merugi, Tuan Dwi harus dapat menghasilkan total penjualan bingkai foto sebesar Rp 2.400.000 pertahun.

Penting! Ada cara yang lebih cepat untuk menghitung BEP rupiah jika Anda sudah mengetahui BEP unit, yaitu dengan cara mengalikan BEP Unit dan Harga Jual Per Unit Produk. Dalam contoh ini, silahkan hitung 120 unit × Rp 20.000 menggunakan Kalkulator Scientific Online M Jurnal. Hasilnya akan sama dengan Rp 2.400.000.

#3 Menghitung Berapa Lama Waktu Mencapai BEP
Dari hasil rumus BEP, Anda bisa mengestimasi berapa lama waktu untuk mencapai titik impas dengan cara membagi BEP unit dengan estimasi penjualan.

Dalam contoh ini, BEP sebesar 120 unit. Jika Tuan Dwi mampu menjual 40 unit bingkai foto dalam satu bulan, maka Tuan Dwi akan mencapai BEP dalam waktu 120 unit ⁄ 40 unit = 3 bulan.

Jadi berapapun total penjualan setelah 3 bulan dalam satu tahun akan menjadi laba bersih untuk usaha Tuan Dwi.

Note: Yang terpenting dalam mengestimasi waktu pencapaian BEP adalah Perhatikan Total Biaya Tetap”. Dalam contoh ini, Total Biaya Tetap sebesar Rp 600.000 untuk satu tahun.

Namun, jika periode Total Biaya Tetap tersebut untuk satu bulan, maka Tuan Dwi tidak akan mendapatkan keuntungan, justru mengalami kerugian (dalam contoh ini).

Karena biaya tetap akan selalu ada setiap bulannya. Sementara Tuan Dwi hanya mampu menjual 40 unit produk setiap bulannya. Dan itu tidak akan mampu menutupi biaya tetap yang selalu ada.

Untuk case yang berbeda ini, setidaknya Tuan Dwi harus mampu menjual 120 unit bingkai foto setiap bulannya agar tidak mengalami kerugian.

Dan jika ingin mendapatkan keuntungan, Tuan Dwi harus menjual sebanyak-banyaknya yang lebih dari 120 unit.

Berikutnya, perhatikan contoh menghitung target unit terjual untuk mendapatkan laba sesuai target.

#4 Menghitung Unit Terjual Berdasarkan Target Laba
Identifikasi dahulu, dalam contoh ini:

* Target laba sebesar Rp 3.000.000/bulan.
* BEP Unit sebesar 120 unit/tahun.
* BEP Nominal sebesar Rp 2.400.000/tahun.
* Harga Jual Per Unit Produk = Rp 20.000.

Jika Tuan Dwi hanya mampu menjual 40 unit bingkai foto setiap bulannya, maka dalam setahun total laba bersih =(40 unit × 12 bulan − 120 unit) × Rp 20.000 = Rp 7.200.000 per tahun –> Setara dengan Rp 600.000 per bulan.

Masih jauh dari target laba Rp 3.000.000 per bulan.

Nah, untuk memudahkan perhitungan dalam menentukan target penjualan per bulan untuk mendapatkan keuntungan, silahkan gunakan rumus berikut:

Rumus Menghitung Target Penjualan Per Bulan (Rupiah):
Target Laba (Unit) = (Laba yang diharapkan + BEP Nominal) ⁄ Harga Per Unit Produk

Oh iya, karena target laba untuk per bulan, maka data BEP Nominal juga harus per bulan, yaitu Rp 2.400.000 ⁄ 12 bulan = Rp 200.000/bulan.

Langsung saja masukkan data ke dalam rumus. Dalam contoh ini menjadi =(Rp 3.000.000 + Rp 200.000) ⁄ Rp 20.000 = 160 Unit Per Bulan.

Kesimpulannya, dengan menjual 160 unit bingkai foto perbulan, maka Tuan Dwi akan mendapatkan laba bersih Rp 3.000.000 per bulan.

Note: Penjualan produk tidak selalu stabil disetiap bulannya. Anda boleh-boleh saja membuat target laba per tahun. Jadi target laba (unit) pertahun adalah (Rp 36.000.000 + Rp 2.400.000) ⁄ Rp 20.000 = 1920 unit per tahun.

Batasan Analisis Break Even Point
Dalam penerapannya, Analisis Break Even Point memiliki 5 batasan, yaitu:

1. Analisis BEP hanya menggunakan dua kelompok biaya, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Namun, tidak semua bisnis menggunakan dua jenis biaya ini saja. Ada juga yang menggunakan biaya semi variabel yang membuat pengelompokkan biaya menjadi lebih sulit.
2. Pada dasarnya biaya tetap tidak akan berubah-ubah. Namun, dalam beberapa bisnis, biaya tetap bisa dianggap tidak berubah hanya sampai batas-batas tertentu saja. Salah satunya ditentukan oleh kapasitas produksi. Jika perusahaan memutuskan untuk menambah kapasitas produksi (misalnya menambah karyawan baru), maka biaya tetap dapat berubah.
3. Dalam Analisis BEP, perubahan biaya variabel dinilai proporsional dengan perubahan volume produksi. Jika volume produksi meningkat, maka biaya variabel juga akan meningkat. Namun, biaya produksi tidak selalu demikian. Karena tidak jarang penjualan dalam jumlah besar mendapatkan potongan-potongan tertentu. Misalnya, potongan membeli bahan baku dalam jumlah besar dari pemasok. Ini akan menurunkan biaya variabel.
4. Analisis BEP hanya dapat digunakan untuk satu macam harga jual. Jadi perlu penyesuaian rumus jika Anda menerapkannya pada produk dengan harga yang berbeda.
5. Dalam satu periode analisis, harga jual per unit produk tidak dapat disesuaikan. Penyesuaian harga jual produk umumnya terjadi akibat adanya biaya tambahan, baik itu selama maupun setelah proses produksi.

Dalam melakukan analisis Break Even Point (BEP), apabila terjadi perubahan pada salah satu komponen dasar dalam periode analisis berjalan, maka perlu dilakukan penyesuaian (analisis ulang) untuk menghindari kesalahan bagi manajemen dalam mengambil keputusan finansial.

Saya pikir tidak sulit memahami bagaimana cara menghitung Break Even Point (BEP) ini. Jika Anda memiliki pertanyaan atau pemikiran yang berbeda, silahkan coret-coret kolom komentar.

Next… Anda bisa mempelajari analisis laporan keuangan perusahaan lainnya melalui pintasan panduan berikut:

Pintasan Panduan Analisis Laporan Keuangan
Panduan Sebelumnya: Dasar Manajemen Keuangan.

1. Analisis Laporan Keuangan: Mengenal analisis laporan keuangan: Pengertian, tujuan, metode dan teknik hingga contoh sederhana.
2. Common Size: Pengertian, tujuan, manfaat, serta contoh cara menghitung analisis common size laporan keuangan (neraca & laba rugi) + Kombinasi vertikal dan horizontal.
3. Break Even Point: (Anda Disini).
4. Analisis Trend: (Sedang disusun).

1×”Hidup ini singkat – bermimpilah yang besar dan wujudkan impianmu di tahun 2022 sebaik- baiknya!”