Proposisi MEDIA PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

A. Latar Pinggul
Kurikulum Tingkat Runcitruncit Pendidikan memasrahkan probabilitas kepada sendirisendiri satuan pendidikan terutama pendidik nan privat hal ini merupakan satu komponen yang langsung berperan internal proses penataran. Sudah banyak perubahan paradigma dalam proses pendidikan khususnya proses pembelajaran. Proses penelaahan menjadi lebih menekankan peran peserta ajar dan karakteristik sumber daya yang ada sreg sendirisendiri eceran pendidikan. Pembelajaran berfokus sreg pelajar, maka dari itu karenanya siswalah yang diharapkan dapat main-main aktif dalam mengeksplorasi dan menginterpretasikan mualamat dan permasalahan baru yang dibandingkan, dikombinasi, dan dianalisa dengan pemberitaan dasar yang sudah lalu dimiliki makanya peserta pelihara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Masa 2005 tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang membentangi perangkat, peralatan pendidikan, media pendidikan, siasat dan sumber belajar lainnya, target habis pakai, serta perlengkapan enggak yang diperlukan bagi menyampuk proses penataran yang terkonsolidasi dan berkelanjutan”[1]
Proses penerimaan lebih diutamakan tinimbang hasil yang diperoleh. Pembelajaran yang berpusat pada pesuluh (student centered) memfokus makin memperlihatkan sempurna pendidikan detik ini, sebagaimana yang terkandung kerumahtanggaan Kurikulum Tingkat Runcitruncit Pendidikan. Hal ini yakni suatu hal mengapa media pembelajaran sangat diperlukan kerumahtanggaan proses pembelajaran.
Wahana penataran merupakan keseleo suatu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan berarti intern proses pembelajaran. Eksploitasi media agar yaitu putaran yang harus mendapat perhatian guru sebagai fasilitator privat setiap kegiatan penelaahan. Oleh karena itu per pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapkan sarana pendedahan agar bisa mendayagunakan pencapaian tujuan pengajian pengkajian dalam proses belajar mengajar.

Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan beragam alasan,diantaranya: terbatasnya waktu bakal membuat persiapan mengajar bagi temperatur sebagai pendidik, kesulitan cak bagi mencari model dan spesies sarana nan tepat, ketiadaan biaya yang sebagian dikeluhkan, dan lain-lain. Peristiwa ini sebenarnya enggak perlu terjadi jika setiap pendidik telah mempunyai manifesto dan ketrampilan mengenai kendaraan pendedahan.

Sekolah dasar dalam kaitannya dengan penerapan KTSP harus menerapkan proses pengajian pengkajian yang berfokus plong pelajar bukan lagi menggunakan teladan lama seperti datang, duduk, sengap, dengarkan, dan dilarang menanya (apalagi yang macam-macam). Pelajar didorong untuk lebih kritis dalam melaksanakan dan mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan berjalan secara optimal.

B. PERMASALAHAN
Dalam pembahasan kertas kerja tentang “Seberapa Pentingkah Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Asal”, bilang permasalahan yang penulis sanggang, antara bukan ;
– Apakah kendaraan pembelajaran?
– Bagaimana pemanfaatan dan pemakaian media pendedahan di sekolah sumber akar?
– Bagaimana peranan wahana dalam proses pembelajaran di sekolah dasar?

C. Pembatasan MASALAH
Bahasan menegnai media khususnya media yang digunakan di sekolah sumber akar privat proses penataran lewat luas cakupannya. Oleh sebab itu, pembahasan privat makalah sederhana ini penulis batasi dalam hal penggunaan wahana pembelajaran di sekolah dasar yang mencaplok ; konotasi media secara luas, pengertian kendaraan pengajian pengkajian, gambaran umum penggunaan media penelaahan di sekolah dasar dan, peranan media dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.

D. TUJUAN PENULISAN
Adapun harapan bermula penulisan referat ini begitu juga parasan bokong di atas. Bahwa penggunaan media pembelajaran di sekolah dasar masih sangat minim sekali. Maka dari itu sebab itu, penulis melampaui kertas kerja sederhana ini bermaksud membuka lever tiap pendidik khususnya ataupun pemerhati pendidikan di Indonesia pada biasanya kerjakan memahami bersama seberapa pentingkah alat angkut dalam proses penerimaan itu.

Selain daripada tujuan di atas, makalah ini penyalin susun untuk memenuhi salah satu tugas mata pidato Media Pembelajaran di Pendidikan Guru Sekolah Bawah, Fakultas Aji-aji Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.

Pintu II
Ki alat PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA Serani

A. PENGERTIAN
Banyak galengan mendefinisikan tentang media secara awam, hanya ada yang kian singularis dalam memahamkan media dan wahana pembelajaran. Media penataran terdiri dari dua kata adalah sarana dan pengajian pengkajian. Definisi nan lebih rinci akan penulis bahas seterusnya dalam ulasan di bawah ini.
1. Wahana
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara verbatim berarti tengah, perantara, maupun pengantar

Menurut KBBI, ki alat bisa diartikan misal pialang, penghubung; alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, gambar hidup, poster, dan spanduk; yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya) Istilah media berasal dari bahasa latin nan merupakan bentuk jamak bersumber semenjana. Secara harfiah berharga perantara atau pengantar. Pengertian lazimnya yaitu segala sesuatu yang dapat menggenangi informasi mulai sejak mata air informasi kepada penerima informasi[2].
Beberapa pakar/juru media menyatakan definisi media dengan berbagai batasan-batasan tertentu. Gagne mengartikan alat angkut sebagai berbagai jenis onderdil dalam lingkungan pelajar yang dapat merangsang siswa bagi berlatih[3]. Sedangkan, Heinich, Molenda, dan Russel menyatakan bahwa : “A medium (plural media) is a channel of communication, example include komidi gambar, television, diagram, printed materials, computers, and instructors. (Media adalah saluran komunikasi terjadwal film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer jinjing, dan pembimbing)[4]. AECT (Assosiation of Education and Communication Technology, 1977), memberikan batasan media sebagai segala bentuk saluran nan dipergunakan buat menyampaikan pesan atau informasi. NEA (National Education Assosiation) memasrahkan batasan media sebagai rancangan-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatanya[5].
Dari sejumlah batasan di atas maka bisa disimpulkan bahwa kendaraan merupakan apa sesuatu yang dapat dipergunakan untuk meyalurkan pesan dan dapat semok perhatian, dapat membangkitkan atma, manah, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses penataran pada diri petatar.
2. Penerimaan
Pembelajaran merupakan rencana lazim dari pembukaan belajar nan mempunyai kata asal ajar, tuntun menurut KBBI petunjuk yang diberikan kepada makhluk supaya diketahui (diturut), belajar merupakan suatu gerakan buat memperoleh kepandaian/ilmu[6]. Istilah pembelajaran lebih menyantirkan persuasi guru/pendidik untuk membuat para peserta jaga melakukan proses belajar. Kegiatan penerimaan tidak akan berarti sekiranya tak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan membiasakan hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Sendiri hawa lain dapat mengaplus belajar siswanya. Seorang siswa belum boleh dikatakan telah belajar hanya karena engkau menengah berada n domestik satu kolom dengan guru yang sedang mengajar. Masih banyak cara bukan yang dapat dilakukan hawa untuk membuat siswa belajar. Peran yang hendaknya dilakukan guru adalah meribakan agar setiap peserta dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai rupa sumber balajar nan ada.

3. Ki alat pembelajaran
Media pembelajaran adalah kendaraan yang digunakan kerumahtanggaan pendedahan, yaitu meliputi alat sokong guru dalam mengajar serta wahana pengiring pesan dari sumber membiasakan ke penerima wanti-wanti belajar (siswa). Bak penyaji dan penyalur pesan, kendaraan belajar dalam keadaan-kejadian tertentu bisa mengaplus guru menyajiakan amanat membiasakan kepada murid. Jikalau programa wahana itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka keefektifan itu akan dapat diperankan maka dari itu wahana meskipun tanpa keberadaan guru[7].

Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran nan digunakan kerumahtanggaan kegiatan pendedahan boleh mempengaruhi terhadap efektivitas pendedahan. Lega mulanya, alat angkut pembelajaran hanya berfungsi bak alat bantu suhu untuk mengajar yang digunakan adalah alat tolong visual. Sekeliling pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-okuler. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya intern bidang pendidikan, waktu ini pendayagunaan organ bantu maupun sarana pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet[8]. Sedangkan National Education Association menelanjangi bahwa wahana pembelajaran adalah “sarana komunikasi intern tulangtulangan cetak maupun pandang-dengar, tersurat teknologi instrumen persisten[9]”.
Bermula beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah ”segala apa sesuatu yang dapat mengairi wanti-wanti, bisa erotis perasaan, perasaan, dan keinginan siswa ajar sehingga dapat mendorong terciptanya proses sparing pada diri peserta didik.”
Ciri-ciri partikular media pembelajaran berbeda menurut tujuan dan pengelompokanya. Ciri-ciri media dapat dilihat menurut kemampuannya dalam membangkitkan rangsangan pada indera pandangan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Maka ciri-ciri umum alat angkut pembelajaran yakni bahwa ki alat itu bisa diraba, dilihat, didengar, dan diamati melangkaui lima indera. Di samping itu ciri-ciri wahana juga dapat dilihat menurut harganya, lingkup sasaranya, dan pengaturan oleh konsumen.

Tiap-tiap media memiliki karakteristik yang perlu dipahami maka dari itu pemakainya. Dalam memintal media, manusia perlu memperhatikan tiga hal, yaitu[10]:

1. Kejelasan harapan dan intensi pemelihian tersebut
2. Sifat dan ciri-ciri media yang akan dipilih
3. Adanya bilang media yang dapat dibandingkan karena pemilihan media pada dasarnya ialah proses pengambilan keputusan akan adanya alternatif-alternatif pemecahan nan dituntut oleh tujuan.

B. Tipe Wahana Pengajian pengkajian
Media secara mahajana yakni suatu hal yang digunakan cak bagi mengemukakan sesuatu pesan tertentu. Agar proses konversi pesan tersebut maka diperlukan kesesuaian jenis media yang akan digunakan. Beberapa klasifikasi mengenai ki alat menurut beberapa ahli sangat bervariasi hal ini dilihat bermula tesmak pandang mana keberagaman-macam alat angkut ini dikelompokkan.

Menurut Heinich, Molenda, Russel[11] diversifikasi media yang lazim dipergunakan dalam pembelajaran antara lain : media nonproyeksi, sarana proyeksi, alat angkut audio, ki alat gerak, media komputer, komputer jinjing multimedia, hipermedia, dan alat angkut jarak jauh.
Jenis sarana secara umum yang halal digunakan n domestik proses pembelajaran, antara tak;
1. Kendaraan grafis seperti tulangtulangan, foto, tabel, bagan, diagram, kartun, poster, dan komik.
2. Ki alat tiga ukuran yaitu media internal buram model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama.
3. Wahana proyeksi seperti slide, komidi gambar stips, komidi gambar, dan OHP
4. Lingkungan sebagai media pendedahan
Berdasarkan ulasan yang ditulis oleh Ahmad Sudrajat, M.Pd dalam blognya[12], mengatakan bahwa terletak berbagai keberagaman media belajar, diantaranya ;
1. Media Visual : grafik, tabulasi, chart, gambar, surat tempelan, kartun, komik

2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya

3. Projected still ki alat : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya

4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

Portal III
PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH Sumber akar

A. MANFAAT MEDIA
Media penataran dapat menguasai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa tuntun. Pengalaman tiap pesuluh didik berlainan-beda, tersampir dari faktor-faktor yang menentukan harta benda pengalaman anak, seperti mana ketersediaan sentral, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pengajian pengkajian bisa mengatasi perbedaan tersebut. Jika petatar didik lain siapa dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud dapat dalam rajah gambar-rencana yang bisa disajikan secara audio visual dan audial.
Media pembelajaran boleh melampaui batasan pangsa kelas. Banyak hal nan lain mungkin dialami secara sewaktu di dalam kelas maka dari itu para petatar jaga tentang suatu bulan-bulanan nan disebabkan karena:

(a) bahan plus segara,

(b) objek berlebih kecil,

(c) objek nan bergerak terlalu lambat,

(d) objek nan bergerak terlalu cepat,

(e) objek yang terlalu mania,

(f) objek yang bunyinya terlalu halus,

(g) objek nan mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui pendayagunaan ki alat yang tepat, maka semua target itu dapat disajikan kepada peserta didik.
Wahana pembelajaran yang memungkinkan adanya interaksi langsung antara petatar bimbing dengan lingkungannya. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Media bisa cangkok konsep dasar yang etis, kongkrit, dan pragmatis. Sarana membangkitkan keinginan dan minat baru. Ki alat menggarangkan motivasi dan sensual momongan untuk belajar. Media memasrahkan pengalaman yang terkonsolidasi/menyeluruh berusul nan kongkrit hingga dengan niskala.Suka-suka sejumlah kriteria untuk menilai kebaikan sebuah media[13].

Hubbard mengusulkan sembilan kriteria bagi menilainya[14]. Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan pemakaian wahana itu. Kriteria lainnya adalah kesiapan akomodasi suporter seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan bakal dirubah, waktu dan tenaga penyediaan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir yaitu kegunaan. Semakin banyak tujuan penerimaan yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.
Thorn[15], mengajukan enam kriteria kerjakan menilai multimedia interaktif. Kriteria penilaian yang permulaan yakni fasilitas navigasi. Sebuah programa harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajaran bahasa tidak perlu belajar komputer bertambah adv amat. Patokan nan kedua yaitu peranakan pemahaman, standar yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi makrifat. Kedua tolok ini yakni buat menilai isi terbit program itu sendiri, apakah acara telah memenuhi kebutuhan penelaahan si pembelajar atau belum. Kriteria keempat merupakan integrasi wahana di mana media harus mengintegrasi aspek dan kegesitan bahasa nan harus dipelajari. Bagi menyedot minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah barometer. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Programa nan dikembangkan harus memberikan pengajian pengkajian yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga lega perian seorang radu menjalankan sebuah acara engkau akan merasa sudah lalu belajar sesuatu.
Secara umum manfaat media penerimaan merupakan memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara makin khusus manfaat media pembelajaran adalah:

1. Presentasi materi pembelajaran dapat diseragamkan

Dengan uluran tangan ki alat pembelajaran, penafsiran nan berbeda antar master dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara peserta dimanapun makmur.

2. Proses penataran menjadi makin jelas dan menarik

Media dapat menganjurkan informasi melalui kritik, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami alias manipulasi, sehingga kondusif hawa untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru mendekati bicara suatu jihat.

4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah terulur secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menguraikan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan kian mudah mengetahui kursus.

5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

Media penelaahan dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi lisan dari guru tetapi, peserta kurang mengetahui les, namun sekiranya diperkaya dengan kegiatan mengaram, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan makin baik.

6. Media memungkinkan proses membiasakan dapat dilakukan di mana saja dan kapan semata-mata

Ki alat pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa boleh berbuat kegiatan sparing dengan bertambah leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang hawa.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat abnormal dan waktu terbanyak justru di luar mileu sekolah.

7. Media boleh menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar

Proses pembelajaran menjadi kian menarik sehingga menunda siswa untuk menyayangi ilmu embaran dan gemar mencari sendiri perigi-sumber ilmu pengetahuan.

8. Menidakkan peran guru ke arah nan makin positif dan berbenda

Guru boleh berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu bagi menjatah perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, begitu juga membantu kesulitan sparing siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.
B. PERANAN Sarana Internal PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
Kenyataannya, peranan wahana pembelajaran di sekolah dasar adv minim semacam itu diperhatikan oleh pendidik. Murid jaga nan seharusnya dapat mengoptimalkan penelaahan dengan baik, cuma lain didukung dengan penggunaan alat angkut pembelajaran nan relevan menumpu menjadikan siswa sebagai peserta asuh menjadi verbalistik (cuma sebatas teori tanpa didukung dengan data yang konkrit). Sebagai kamil, peserta mempelajari jenis alat transportasi darat berupa delman, di Jakarta sebagaimana di medan penulis bertugas, tidak semua petatar di sekolah asal mengenal, mengetahui, dan memahami delman seperti kenyataannya karena tidak semua murid perhubungan menangkap basah kereta berjantera dua ini. Oleh sebab itu penggunaan media buat menghilangkan kesan verbalistik ini lewat utama peranannya.
Penggunaan media penataran pada tiap asongan pendidikan kini sangat dianjurkan malah diupayakan untuk ada pada tiap-tiap proses pembelajaran khususnya di tingkat satuan pendidikan dasar. Wahana ini tentunya bukan hanya atas bawah ada doang, namun kesesuaian dan presisi penggunaan dalam proses penyampaian pesan pendedahan yang akan diberikan.
Peranan media yang semakin meningkat majuh menimbulkan keresahan pada master. Namun sememangnya hal itu lain wajib terjadi, masih banyak tugas temperatur yang lain seperti menyerahkan perhatian dan bimbingan secara solo kepada petatar yang selama ini terbatas mendapat perhatian. Kondisi ini akan terus terjadi sepanjang guru menganggap dirinya merupakan suatu-satunya sumber n domestik proses penerimaan. Jikalau master memanfaatkan bermacam rupa sarana pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer penelaahan dan bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa sebaiknya siswa dapat belajar secara optimal. Untuk itu suhu makin berfungsi misal penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam proses pengajian pengkajian[16].
C. KRITERIA PEMILIHAN MEDIA DALAM PROSES Penataran
Menurut Wilkinson[17], ada beberapa peristiwa yang teristiadat di perhatikan dalam memilih media penelaahan, yakni :
1. Tujuan
Media yang dipilih hendaknya menabrak tujuan penerimaan yang dirumuskan. Maksud yang dirumuskan ini adalah kriteria yang minimal cocok, padahal tujuan pembelajaran yang lain ialah kepadaan dari patokan utama.
2. Ketepatgunaan
Jikalau materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang bermakna dari benda, maka gambar seperti tulangtulangan dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajarai ialah aspek-aspek nan menyakut gerak, maka media film atau video akan bertambah tepat. Wilkinson menyatakan bahwa pemakaian bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapain akademik.
3. Peristiwa siswa
Media akan efektif digunakan apabila lain tergantung bersumber beda interindividual antara siswa. Msialnya takdirnya siswa tergolong varietas auditif/visual maka pelajar yang tergolong auditif boleh membiasakan dengan media visual semenjak siswa nan tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.
4. Ketersediaan
Walaupun suatu ki alat dinilai sangat tepat bakal mencapai tuuan penerimaan, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Menurut wilkinson, media merupakan gawai mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia saat dibutuhkan lakukan memenuhi keperluan pesuluh dan guru.
5. Biaya
Biaya yang dikeluarkan kerjakan memperoleh dan menunggangi kendaraan, sebaiknya ter-hormat-etis seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.
Internal kaitannya dengan pemilihan alat angkut pembelajaran yang sesuai dan kesangkilan, kriteria yang paling penting yaitu ki alat harus disesuaikan dengan harapan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Sebagai abstrak, bila tujuan alias kompetensi murid didik bersifat menghafalkan perkenalan awal-alas kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atua kompetnesi yang dicapai bersifat mehamai isi bacaan maka ki alat cetak y ang lebih tepat digunakan. Bila tujuan penelaahan berperilaku motorik (gerak dan ativitas), maka ki alat film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer).

Bab IV
Intiha

A. KESIMPULAN
Media adalah segala sesuatu yang dapat mengairi informasi dari sumber informasi kepada akseptor wara-wara. Sedangkan pembelajaran adalah usaha temperatur lakukan menjadikan siswa mengamalkan kegiatan belajar. Dengan demikian sarana pembelajaran adalah segala sesuatu yang boleh digunakan buat menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga boleh merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat petatar dan pada jadinya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Kepentingan sarana pembelajaran tersebut merupakan: presentasi materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menyedot, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi kerumahtanggaan hari dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar petatar, memungkinkan proses berlatih dapat dilakukan di mana saja dan pron bila namun, menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses membiasakan serta mengingkari peran guru ke jihat yang kian riil dan produktif.

B. SARAN TINDAK Lanjut
Penggunaan media dalam proses pembelajaran di sekolah dasar hingga sekarang Pada kenyataannya, pendayagunaan media memang kurang diperhatikan. Makanya kesannya, tiap pendidik mudahmudahan memahami benar peranan media n domestik proses penelaahan.

Seperti telah dipaparkan di depan tingkat ketuntasan proses pembelajaran siswa yang didukung dengan pemakaian kendaraan pengajian pengkajian sangat signifikan karena keadaan ini dapat menghilangkan kesan verbalistik dalam teladan kesadaran siswa bak peserta didik. Sudah sememangnya guru sebagai pendidik lakukan memperalat media pembelajaran dengan memanfaatkan limbah-limbah rumah tahapan nan masih dapat digunakan. Itulah peranan guru internal mengembangkan proses pembelajaran yang berdampak dan optimal.
[1] Ps. 42 (1) PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
[2] KBBI, 2005, h. 726
[3] /feeds/ /posts/default
[4] -psma.org/content/blog/media-penelaahan
[5] /media-pembelajaran-1/html
[6] KBBI, op.cit, h.17
[7] -c0ol.blogspot.com/2008/10/media-pembelajaran.html
[8] -psma.org/content/blog/media-pembelajaran
[9] Ibid.
[10]/2008/05/alat angkut-pembelajaran.html
[11] /2008/06/spesies-media-pembelajaran2.html

[12] /jenis2-media/media-pembelajaran/html.
[13] Ali, Mohammad. Teori & Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. 2007
[14] Hubbard, Peter et al. 1983. A Training Course for TEFL, Oxford University Press: Oxford
[15] /feeds/ /posts/default oleh : Purwiro Harjati
[16]/category/kendaraan-penelaahan/
[17] /pengembangan-media-pengajian pengkajian/html.

Source: -sukarman.blogspot.com/2010/08/proposal-media-pembelajaran.html

Posted by: belajar.teknobae.com