Diare adalah masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak. Kalau tak cepat diatasi, akibatnya bisa berbahaya. Oleh karena itu para ibu perlu tahu bagaimana ciri, penyebab serta mengatasi diare pada si kecil.

Pola buang air besar pada anak
Pada umumnya, anak buang air besar maksimal 3 kali sehari dan minimal sekali tiap 3 hari. Bentuk feses bergantung pada kandungan air dalam feses. Pada keadaan normal, feses berbentuk seperti pisang.

Dilihat dari kandungan airnya, bentuk feses bervariasi mulai dari “cair” (kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut), “lembek” (seperti bubur), “berbentuk” (feses normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air sedikit seperti pada keadaan sembelit).

“Pada bayi usia 0-2 bulan, frekuensi buang air besarnya lebih sering karena masih dalam periode ASI ekslusif. Selama berat badan bayi meningkat normal, kondisi itu tidak masuk kategori diare. Situasi tersebut hanya disimpulkan sebagai intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.

Normalnya warna feses kuning kehijauan. Terkadang pada bayi, warna feses juga bergantung asupan makanannya. Tapi perlu diperhatikan jika fesesnya mengandung darah.

Kapan disebut diare?
Anak dinyatakan menderita diare bila buang air besar “lebih encer” dan “lebih sering” dari biasanya. Selain “cairan”, feses anak diare dapat mengandung lendir dan darah, tergantung pada penyebabnya. Gejala ikutan lainnya adalah demam dan muntah. Terkadang gejala muntah dan demam mendahului mencret.

Gejala yang timbul akibat penyakit diare
Karena mencret dan muntah yang terus-menerus, pada awalnya anak akan merasa haus karena mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) ringan.

Bila tidak ditolong, dehidrasi bertambah berat dan timbullah gejala-gejala sebagai berikut:

* Anak cengeng, gelisah, dan bisa tidak sadarkan diri pada dehidrasi berat.
* Mata tampak cekung, pada bayi ubun-ubun cekung, bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata walaupun menangis.
* Turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit tetap berkerut,
* Nadi melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin,
* Kencing berkurang.
* Pada dehidrasi berat, napas tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (asidosis).
* Bila terjadi kekurangan elektrolit, dapat terjadi kejang.

Baca Juga :Benarkah Gula Sebabkan Diare

Prinsip menangani diare adalah:

* Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
* Pastikan porsi makanan yang diberikan memenuhi kebutuhan minimal si kecil: jangan membiarkan anak tidak makan dan minum, teruskan memberi ASI dan lanjutkan makanan seperti yang diberikan sebelum sakit.
* Pemberian obat diare anak seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian obat diare anak atau antidiare dan antibiotik. Bahkan pemberian antibiotik justru dapat menyebabkan diare kronik.

Mengatasi dimulai di rumah.
Bila anak atau balita menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum minimal sebanyak 10 mililiter per kilogram berat badan anak. Hal itu dilakukan setiap kali anak mencret agar cairan tubuh yang hilang bersama feses dapat diganti untuk mencegah dehidrasi yang bisa berujung pada kematian.

Memberi anak oralit juga bisa dilakukan. Pastikan dosis yang Anda berikan sesuai dengan berat badan si kecil. Lantas, bagaimana mengetahui keadaan anak membaik sehingga tidak perlu dibawa ke dokter? Tentu saja dengan melihat adanya perbaikan dari gejala-gejala yang disebutkan di atas. Misalnya kesadaran anak membaik, rasa hausnya menghilang, mulut dan bibirnya mulai membasah, kencing banyak, dan turgor kulit perutnya membaik.

Kapan dirujuk ke puskesmas atau dokter?

* Muntah terus menerus sehingga pemberian obat diare balita berupa oralit dinilai tidak manjur
* Mencret hebat dan terus menerus yang diperkirakan pemberian oralit sebagai obat diare balita kurang berhasil
* Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan kaki dingin, tidak sadar).

Pencegahan diare
Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Karena itu, upaya pencegahan diare adalah dengan memutus rantai penularan tersebut.

Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:

* Siapkan makanan memadai, sehat, bergizi, dan bersih
* Penyediaan air minum yang bersih
* Kebersihan perorangan
* Cuci tangan sebelum makan dan sebelum merawat anak/bayi
* Pemberian ASI eksklusif
* Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
* Tempat buang sampah yang memadai (tertutup dan dibuang tiap hari)
* Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
* Lingkungan hidup yang sehat

Diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan kurang gizi. Kematian dapat dihindarkan dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi melalui pemberian oralit. Gizi kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang memadai selama berlangsungnya diare. Peran obat-obatan tidak begitu penting dalam menangani anak yang mengalami diare. Pecegahan dan pengobatan diare harus dimulai di rumah.