Fakultas Pertanian Universitas lampung (FP Unila) jurusan Agroteknologi melalui Dr.Ir. Suskandini Ratih, Dr. Ir. Nyimas sa’diyah, M.P., dan Fitri Yelli, S.P., M.Si ., Ph. D., melaksanan program Faperta Berkarya dengan tema “Peranan Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Dalam Perakitan Varietas Tanah Penyakit”, bertempat Radar Lampung Televisi, Kamis, (21/01.2021).

Pemuliaan tanaman adalah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana memperoleh atau menciptakan suatu tanaman menjadi lebih baik dan menguntungkan.

Tujuan dari pemuliaan tanaman adalah memperbaiki sifat-sifat tanaman, baik kuantitatif maupun kualitatif. Kajian berikut membicarakan tujuan perbaikan sifat tanaman di antaranya yaitu ketahanan dari penyakit tanaman.

Untuk mencapai target memperoleh suatu tanaman yang lebih baik maka hal yang dapat dilakukan oleh pemulia tanaman misalnya merakit tanaman cabai tahan penyakit antraknosa. Perakitan tanaman yang tahan antraknosa diawali dengan mengeksplor adanya sumber keragaman.

Salah satu langkah untuk meningkatkan keragaman adalah dengan induksi mutasi. Salah satu induksi mutasi yaitu dengan penyinaran sinar gamma.

Atas dasar itu sebagai contoh pada penelitian yang kami lakukan adalah dengan melakukan penyinaran iradiasi gamma pada benih cabai untuk memperoleh ketahanan terhadap penyakit antraknosa.

Bagaimana cara langkah perakitan varietas unggul tahan antraknosa : Benih cabai diberi sinar gamma, benih langsung berubah menjadi benih dikode M1. Benih M1 ditanam untuk mendapatkan benih M2. Pada generasi M2 mulai dilakukan seleksi tanaman yang tahan antraknosa.

Langkahnya benih dari tanaman M2 diinokulasi dengan konidia sumber penyakit antraknosa sehingga dari populasi tanaman M2 ini dapat diketahui apakah benar benar meningkatkan ketahanan terhadap antraknosa.

Pemuliaan tanaman melalui bioteknologi
Bioteknologi adalah teknologi yang menggunakan sistem biologi, makhluk hidup, atau apa saja yang berasal darinya, untuk membuat atau memodifikasi produk atau proses yang mempunyai manfaat khusus.

Bagaimana cara pemuliaan tanaman melalui bioteknologi ini: pemuliaan melalui bioteknologi bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pertama dengan mutasi, tetapi disini kita melakukannya melalui teknik kultur jaringan atau dikenal juga dengan induksi variasi somaklonal.

Perbedaan antara mutasi dan bioteknologi adalah meradiasi benihnya. Kalau dalam bioteknologi maka biasanya yang kita radiasi adalah target yang ingin di mutasi misalnya adalah eksplan yang sudah membentuk kalus. Selanjutnya kita akan seleksi di media in vitro (di dalam laboratorium) sehingga kita akan mendapatkan sifat yang kita cari.

Cara yang kedua adalah melalui rekayasa genetik tanaman dikenal juga dengan plantgeneticenginering.Pada dasarnya rekayasa genetika merupakan upaya pemuliaan melalui transaksi gen yang lebih presisi dan dapat lebih diperkirakan hasilnya.

Melalui rekayasa genetika tanaman kita menyisipkan gen yang kita inginkan kedalam tanaman tersebut dengan memanfaatkan bakteri Agrobacterium tumefaciens sebagai vectornya. Sebagai contoh, untuk antisipasi penanggulangan penyakit tanaman. Jadi yang kita sisipkan adalah gen tahan terhadap penyakit, misalnya pada tanaman cabai, supaya tahan terhadap penyakit antraknosa.

Cara yang ketiga yang masih tergolong sangat baru apalagi di Indonesia, yaitu genome editing. Melalui cara ini kita tidak perlu memasukkan gen asing ke dalam tanaman tersebut tapi dilakukan dengan cara memodifikasi gen yang sudah ada pada tanaman tersebut melalui perakitan enzim yang disebut dengan enzim nuclease yang nantinya akan berperan untuk memodifikasi gen target kita sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.

Semua tahapan ini tentunya akan selalu diiringi dengan proses seleksi untuk mencari sifat yang terbaik.

Kerugian petani cabai
Seberapa besarkah kerugian petani akibat penyakit tanaman misalnya penyakit antraknosa cabai tadi sehingga perlu mencari upaya pemuliaan atau bioteknologi untuk mendapatkan cabai tahan penyakit.

Untuk penyakit antraknosa cabai maka kerugian yang terjadi sangat bervariasi antara 30% hingga 65% dan masalah penyakit ini selalu dilaporkan terjadi sejak tahun 1930.

Selalu saja dilaporkan buah cabai busuk dan rontok. Busuk dan rontok terjadi bahkan pada cabai yang masih hijau. Gejala juga ada dari daun dan batang yang justru ini yang kadang diabaikan oleh petani tidak dikendalikan padahal bisa jadi inilah yang menjadi sumber awal penyakit tersebut.

Metode mutasi dan radiasi
Keuntungan kedua metode ini adalah buah cabai lebih banyak jumlahnya, masa panen lebih panjang dan tentu saja lebih tahan terhadap penyakit tanaman khususnya antraknosa.

Semua metode di atas punya keunggulan dan kelemahan masing-masing. Misalnya mutasi, mungkin lebih mudah dikerjakan tapi karena mutasi ini tidak terarah jadi kemungkinan kita mendapatkan sifat yang diinginkan tersebut peluangnya kecil, kemudian untuk cara teknologi rekombinan, walaupun hasilnya lebih presisi dibandingkan mutasi tapi keberhasilannya cukup sulit serta butuh peralatan yang memadai dan tergolong mahal,

Cara ke tiga genome editing yang saat ini merupakan suatu pilihan yang tepat dan baik karena kita tidak perlu memasukkan gen asing ke tanaman tersebut, tetapi kendala dalam genom editing adalah kepastian sudah harus mengetahui terlebih dahulu gen-gen dan fungsi dari gen-gen pada tanaman yang akan kita modifikasi tersebut, dan sampai saat ini belum semua tanaman sudah mempunyai informasi tersebut.

Produk tanaman bioteknologi
Tanaman hasil pemuliaan sebelum dilepas menjadi suatu varietas baru harus melalui serangkaian tahap prosedur dan pengujian yang panjang oleh tim yang berkompeten untuk itu, bahkan untuk masing-masing kelompok tanaman punya prosedur yang berbeda missal untuk tanaman horti dan tanaman perkebunan mempunyai prosedur pengujian pelepasan yang tersendiri

Untuk tanaman hasil bioteknologi modern atau dikenal juga dengan tanaman Produk Rekayasa Genetik (PRG) meskipun telah diketahui mempunyai banyak manfaat seperti meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik, namun masih ada kekhawatiran masyarakat bahwa produk tersebut mungkin dapat menimbulkan resiko terhadap lingkungan, keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia dan hewan.

Oleh karena itu di Indonesia telah disahkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG yang diberlakukan untuk PRG yang diintroduksi dari luar negeri maupun hasil riset nasional (aman pangan, pakan dan lingkungan).

Pemberlakuan peraturan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya resiko yang merugikan akibat dari proses produksi, penyiapan, penyimpanan, peredaran, dan pemanfaatan pangan PRG. Oleh sebab itu, jika produk tersebut sudah dilepas artinya sudah aman lingkungan, bagi manusia dan hewan.

Tanaman cabai yang diberi teknologi ketahanan tersebut tidak menyebabkan kerugian oleh penyakit; intensitas penyakit yang telah ditambah teknologi tertentu misalnya untuk cabai terhadap antraknosa yang semula antara 30-65% maka pada buah cabai M2 yang dihasilkan ini maka buah cabai yang busuk jauh berkurang 5-10% dan mempunyai nilai jumlah buahnya menjadi lebih banyak dan masa berbuahnya lebih panjang dari 12 kali pemetikan menjadi 17 kali pemetikan.

Sumber data: FP Unila 2021.

Maju Cemerlang Faperta Kita.