Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan sering disertai dengan kematian. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 menunjukkan jumlah penderita diare di Indonesia sebanyak 2.549 orang dan angka Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1.14%, Menurut karakteristik umur, kejadian diare tetinggi di Indonesia terjadi pada balita (7.0%). Proporsi terbesar penderita diare pada balita dengan insiden tertinggi berada pada kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar (21,65%). lalu kelompok umur bulan sebesar (14.43%), kelompok umur bulan sebesar (12.37%). Penyakit terbanyak pada balita yang terdapat di tatalaksana dengan Manejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian balita antara lain pneumonia, diare, malaria, campak, dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak, terutama di negara berkembang seperti Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Diare adalah suatu kondisi tinja lebih lunak dari biasanya atau encernya tinja yang dikeluarkan saat Buang Air Besar (BAB) yang lebih sering dibandingkan dari biasanya. Umumnya diare disebabkan akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus atau parasit. Diare bisa terjadi pada siapa saja, namun yang sering mengalaminya adalah anak-anak. Pada anak dengan diare mengalami frekuensi Buang Air Besar (BAB) yang meningkat sampai lebih dari 5 kali dalam sehari. Tekstur tinja pada anak yang sedang diare menjadi lebih cair atau encer.

Ada dua jenis diare yang bisa dialami oleh anak, yaitu berupa: 1. Diare jangka pendek (akut) merupakan jenis diare yang berlagsung selama satu hingga dua hari serta bisa berhenti dengan sendirinya. Ada kemungkinan kondisi ini terjadi saat makanan atau minuman yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri. 2. Diare jangka panjang (kronis) Jenis diare yang dialami anak satu ini bisa berlangsung selama beberapa minggu. Maka dari itu, ada kemungkinan ini bisa disebabkan oleh masalah kesehatan lainnya seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) pada anak atau penyakit usus lainnya.

Beberapa faktor penyebab terjadinya diare pada anak adalah Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit, gangguan penyerapan makanan atau biasa disebut malabsorpsi, alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang ada dalam makanan, imunodefesiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun. Penyebab lain diare dapat berupa kondisi lingkungan yang buruk yang menjadi habitat dari patogen, sanitasi dan kebersihan rumah tangga yang buruk, kurang air minum air bersih, paparan limbah padat, dan musim kemarau karena meningkatnya patogen di saluran air yang bertambah.

Penanganan Diare Pada Anak

Berdasarkan yang dilakukan oleh beberapa penelitian ada cara penangan diare pada anak diantaranya

Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengobati diare yaitu dengan mengkonsumsi bubur tempe. Pemberian bubur tempe pada pasien penderita diare dapat mempersingkat durasi diare. secara teori tempe mengandung komponen fungsional probiotik dan prebiotik, serat larut, asam lemak omega 3 polyunsaturated, konjugasi asam linoleat, antioksidan pada tanaman, vitamin dan mineral, beberapa protein, peptida dan asam amino seperti phospholipid. Tempe dipilih sebagai bahan utama dalam pembuatan bubur karena tempe merupakan bahan pangan tradisional yang mudah didapat dan murah.

Memberikan madu kepada anak yang menderita diare dapat menurunkan durasi diare pada anak. Pemberian madu dilakukan 3 kali sehari dan anak-anak diberikan sebanyak 5 ml. Madu memiliki banyak kandungan didalamnya, diantaranya karbohidrat, protein, mineral, vitamin B kompleks dan vitamin C. Beberapa manfaat vitamin C pada madu yaitu terdapat sifat sebagai anti inflamasi, anti bakteri, anti viral dan anti oksidan yang berguna untuk mengatasi bakteri dan virus penyebab diare. Selain bisa mengobati diare, madu juga banyak digunakan untuk menyembuhkan luka, salah satunya luka pada penderita diabetes.

1. Pemberian Daun Jambu Biji

Masyarakat Indonesia mengenal tanaman jambu biji sebagai obat herbal yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit salah satunya daun jambu biji sebagai obat diare. karena kandungan ekstrak daun jambu biji memiliki manfaat menghambat zat senyawa pembentuk sel bakteri, memiliki sifat antibakteri dan antiseptik yang dapat mencegah berkembangnya bakteri penyebab diare. Cara pembuatan ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan diare dengan menumbuk halus 8 lembar daun jambu biji, lalu campurkan dengan setengah gelas air hangat dan peras airnya, diperas untuk diambil airnya lalu tambahkan sedikit garam. Ekstrak daun jambu biji diminum 3 x 1 hari selama diare. Dosis pemberian ekstrak daun jambu biji untuk diare adalah Anak umur 1-3 tahun, 3 kali sehari sebanyak 1 sendok makan. Anak umur 4-5 tahu, 3 kali sehari sebanyak 1-1 1/2 sendok makan. Anak umur 6-8 tahun, 2-3 kali sehari sebanyak 5 sendok makan. Anak umur 9-12 tahun, 2-3 kali sehari sebanyak 1/2 gelas

Berbicara tentang penyakit diare tidak sedikit masyarakat yang tidak paham mengenai penanganan diare. Penanganan kurang tepat pada anak yang mengalami diare bisa menyebabkan dehidrasi. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat dehidrasi seorang anak yang mengalami diare salah satunya adalah adanya peran orang tua saat di rumah dalam menangani anak diare. Orangtua diharapkan dapat memeriksakan anak yang mengalami diare ke puskesmas atau kepelayanan kesehatan terdekat, selain karakteristik feses yang terlalu cair, bila didapatkan gejala seperti : demam, terlihat kehausan, dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh., sakit perut yang disertai kembung, merasa mual dan ingin muntah, buang air besar yang tidak dapat dikontrol.

Apriani, D. G. Y., et al., (2022). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada Balita Di Kelurahan Baler Bale Agung Kabupaten Jembrana Tahun 2021 . Journal of Health and Medical Science, 1(3), 15-26. -publishing.com/index.php/jkes/home
Trifianingsih, D., & Nura, F. (2021). PENYULUHAN TERKAIT PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN DIARE BAGI WARGA GANG KARYA BANJARMASIN TENGAH.JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM),1(2), 67-75. /10.51143/jsim.v1i2.275

Andayani, R. (2020). Madu sebagai Terapi Komplementer Mengatasi Diare pada Anak Balita.JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal),7(1), 64-68. /10.33653/jkp.v7i1.393

Hasviana, A. R., et al, (2022). Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidisium Guajava L) Terhadap Penurunan Frekuensi Diare pada Anak Usia 6-12 Tahun di Puskesmas Aceh Besar. Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan. 16(1). DOI: 10.35960/vm.v16i1.852