Merdeka.com – Tidak ada yang menggunakan kata sifat “ramping” atau “atletik” untuk menggambarkan panda raksasa China, walaupun mereka memakan bambu hampir sepanjang hidupnya.

Walaupun hidup dengan makanan rendah lemak dan kualitas buruk, hewan ini disukai sebagian karena berat badan mereka. Yang membuat heran: mengapa panda sangat gendut dan tembam?

Menurut sebuah penelitian baru yang diterbitkan pekan lalu dalam jurnal peer-review Call Reports, jawabannya bisa jadi karena bakteri usus yang membantu panda membentuk lemak walaupun hanya memakan daun selama dua pertiga tahun.

Ketika musim semi dan musim panas menjadi musim tumbuhnya anak bambu atau rebung, ilmuwan menemukan berat badan panda naik.

Menurut teori yang mereka kemukakan, bakteri usus yang disebut Clostridium butyricum membantu menaikkan berat badan panda dan menyimpan lemak, yang kemudian mendukung kesehatannya ketika musim rebung berakhir dan panda hanya bisa makan daun bambu.

Bakteri Clostridium butyricum adalah jenis bakteri usus yang juga ada dalam tubuh manusia, dan digunakan untuk pengobatan klinis untuk sindrom radang usus dan diare parah.

Pada panda, ilmuwan meyakini bakteri usus tersebut berkontribusi pada “persilangan” di dalam metabolisme mereka yang membantu mereka memanfaatkan rebung untuk menambah berat badan.

“Kami telah mengetahui panda-panda ini memiliki mikrobiota usus yang berbeda selama musim makan-rebung untuk waktu yang lama, dan sangat kentara mereka lebih gendut selama musim ini,” jelas Guang Ping Huang dari Institut Zoologi Akademi Sains China dan penulis penelitian ini, dikutip dari South China Morning Post, Rabu (26/1).

Para peneliti menemukan, panda liar di Pegunungan Qingling di China tengah memiliki jumlah Clostridium butyricum yang tinggi. Tim lalu harus menguji apakah ini memiliki dampak terhadap metabolisme mereka.

Untuk menguji hipotesis itu, para ilmuwan melakukan transplantasi tinja dengan feses atau kotoran panda Gunung Qingling dan tikus percobaan laboratorium yang diumpan dengan makanan yang sama seperti panda. Mereka menemukan tikus yang memakan pucuk bambu atau rebung lebih gendut daripada tikus lainnya yang hanya memakan daunnya.

“Mengidentifikasi apakah bakteri bermanfaat untuk hewan sangat penting, karena suatu hari kita mungkin bisa mengobati beberapa penyakit dengan probiotik,” jelas Huang.

Musim rebung juga bertepatan dengan periode krusial siklus kehidupan panda, seperti migrasi dan kawin, sehingga penting mereka sehat selama bulan-bulan yang lebih hangat di China.

“Secara konsisten, kami juga mengobservasi perbedaan perilaku signifikan panda raksasa antara musim ke musim,” tulis tim peneliti.

Fluktuasi musiman bakteri usus adalah hal umum pada hewan liar, karena makanan mereka mungkin hanya tersedia selama musim tertentu. Bakteri usus membantu hewan liar melindungi diri dari faktor-faktor lingkungan. Dalam kasus panda ini, bakteri usus membantu menambah berat badan mereka menjelang masa-masa sulit dalam setahun. [pan]

Baca juga:
Penelitian Terbaru Perbandingan Manusia dan Simpanse, Hasilnya Mengejutkan
Suntikan Booster Vaksin Moderna dan Pfizer 90 Persen Efektif Lawan Omicron
Jenis Rekayasa Teknologi, Ini Temuan Sains yang Paling Spektakuler di Tahun 2018
Israel Kembangkan Bodycam dengan Pengenal Wajah, Bisa Kenali Orang Walaupun Bermasker
Penelitian Israel: Ikan Mas Kemungkinan Bisa Mengemudi
China Sebut Surat dari Kanada Mengandung Omicron, Ini Jawaban Ahli





Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *