Oleh :Noflismen Anas, M.Pd,Guru Bahasa Indonesia SMA 1 Batusangkar
Menulis puisi merupakan hal yang dianggap rumit bagi peserta didik. Peserta didik apabila diberi tugas membuat puisi ia merasa kesulitan dalam memulai puisinya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pembelajaran menulis puisi masih mengalami berbagai hambatan. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari peserta didik maupun guru. Peserta didik cendrung lebih suka menulis diari atau mengarang popular dari pada menulis puisi. Dalam hal ini, mereka beranggapan bahwa menulis puisi lebih sulit dari menulis surat.
Menulis puisi kadang menjadi beban terberat bagi peserta didik. Hal ini karena mereka beranggapan bahwa menulis puisi terlalu berat dari segi bahasa baik penggunaan diksi, penyimbolan, dan penafsiran sehingga belum tercapainya tujuan pembelajaran menulis puisi.

Penyebab utama belum tercapapainya pembelajaran puisi antara lain karena rendahnya kompetensi guru dalam membimbing menulis puisi. Bahkan mereka para guru bahasa Indonesia tidak pernah atau tidak suka menulis puisi.

Rendahnya kompetensi guru dalam menulis puisi mengakibatkan guru tidak mampu membimbing peserta didik menjadi penulis puisi yang baik. Mereka masih menggunakan pembelajaran konvensional ketika mengajarkan menulis puisi. Guru bahasa Indonesia ketika mengajarkan hanya menggunakan metode ceramah. Peserta didik hanya mendengarkan ceramah guru setelah itu langsung memerintah peserta didik membuat sebuah puisi tampa mencontohkan bagaimana cara membuat puisi yang baik dan benar.

Kebanyakkan guru hanya bisa menyuruh tetapi tidak bisa mencontohkan. Tentu dalam hal ini peserta didik juga tidak medapatkan contoh pembelajaran yang baik. Padahal Menurut Amiruddin (1991:207) ada dua tugas guru untuk dalam kegiatan apresiasi sastra yaitu (1) mengembangkan pengetahuan dan pengalaman skema dan simbolik siswa, dan (2) membimbing cara berfikir siswa. Kalau tugas guru ini dilaksanakan sebaik mungkin maka pembelajaran menulis puisi akan menyenangkan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, solusi yang menurut penulis sangat tepat agar menulis puisi menjadi pelajaran yang menarik bagi peserta didik yaitu dengan menggunakan teknik permainan kata berantai. Cara ini dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis teks puisi. Selain teknik ini praktis cara ini juga menyenangkan karena disajikan dalam bentuk permainan. Teknik ini melibatkan secara berkelompok.

Aplikasi Teknik permainan kata berantai dalam Pembelajaran Menulis Teks puisi sama halnya dengan kegiatan pembelajaran pada umumnya, meliputi kegiatan pendahuluan, ke Pada kegiatan pendahuluan peserta didik berinteraksi dengan guru memperbincangkan pengalamannya bersentuhan dengan puisi baik dalam konteks mendengarkan, membaca, atau menulis puisi. Melalui kegiatan ini guru dapat mengetahui skemata peserta didik. Melalui interaksi yang hangat, peserta didik akan merasakan betapa penting dan bermanfaatnya penguasaan kompetensi menulis teks puisi..giatan inti, dan kegiatan penutup.

Teknik kata berantai merupakan teknik kerjasama yang dilakukan oleh peserta didik dengan peserta didik lainya. Teknik ini mirip dengan teknik bisik berantai, hanya saja dilakukan dengan dituliskan. Kerjasama yang solid sangat diperlukan sehingga memperingan beban berpikir, yang semula berat menjadi ringan. “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, begitulah peribahasa mengatakan.

Supaya menarik dan lebih menambah semangat peserta didik dalam berkarya, bentuklah beberapa kelompok kerja. Dalam satu kelas bisa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota antara 4 hingga 6 peserta didik. Masing-masing peserta didik mendapatakan nomor urut. Bila pesertanya 5 maka nomor urut 1 sampai dengan 5. Pengelompokkan peserta didik bisa berdasarkan urut absen maupun random, tetapi diusahakan agar peserta didik tidak memilih sendiri anggota kelompoknya sehingga kemampuan pesertanya bisa homogen. Semakin homogen semakin baik.

Berikan nama kelompok sesuai yang ditentukan guru, agar menambah semangat dan antusias peserta didik berkarya. Misalnya kelompok Amir Hamzah, Putu Wijaya, W.S Rendra dll. Ini hanya untuk memudahkan memanggil dan mengidentifikasi tema yang akan diusung masing-masing kelompok.

Langkah selanjutnya adalah masing-masing kelompok mencabut tema yang sudah disediakan guru. Setelah mendapat tema, semua merenung diam sejenak untuk mencari inspirasi memilih diksi yang baik, dan langkah selanjutnya memberi kesempatan peserta didik dengan nomor urut 1 untuk menuliskan kata pertama dari puisi tersebut.

Kata pertama yang ditulis menjadi patokan untuk menulis kata pada baris berikutnya. Tentukan waktu berimajinasi sehingga tidak molor. Pindahkan kertas dari peserta didik nomor 1 ke peserta didik nomor 2. Selanjutnya peserta dengan nomor urut 2 merenung beberapa saat untuk melanjutkan menulis kata sambungan dari kata pertama tadi dengan pena tinta yang berbeda.

Tentu saja kata-kata yang dituliskan harus terorganisasi dari konsep kata dan nuansa yang dibangun sebelumnya. Demikian seterusnya hingga sampai pada peserta ke enam. Setelah peserta ke enam selesai ia memberikan lagi ke peserta pertama untuk menyambung kata berikutnya. Sampai selesai sebuah puisi tersebut permainan kata berantai ini masing-masing peserta bisa mendapat bagian menulis empat sampai enam kata.

Setelah satu puisi selesai, peserta didik secara bersama-sama merumuskan judul dari puisi tersebut serta menyunting kembali hasil karya mereka. Membaca larik demi larik dan memperbaiki kembali kalimat yang dianggap kurang pas menurut ukuran kemampuan mereka. Langkah editing ini perlu sekali sebagai bentuk kebersamaan dalam kelompok untuk memperoleh hasil optimal.

Langkah terakhir dalam pembelajaran puisi adalah dengan membacakan hasil karya kelompok di depan kelas. Kelompok lain diperkenankan untuk bertanya ataupun memberikan masukan pada peserta yang tampil.

Peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan pengalaman belajarnya berupa kemudahan-kemudahan dan kesulitan-kesulitan yang dialami selama pembelajaran berlangsung. Apapun yang disampaikan peserta didik dijadikan bahan refleksi agar pembelajaran berikutnya lebih baik. Pada akhir kegiatan peserta didik diberi tugas untuk menulis puisi berdasarkan peristiwa aktual yang dialami atau dilihatnya secara mandiri.

Pada prinsipnya peserta didik itu kreatif. Tugas kita sebagai guru adalah bagaimana kreatif imajinasi peserta didik itu bisa disalurkan. Seorang guru dalam menggali kreativitas peserta didik tetap melakukan motivasi dan menggali potensi peserta didik untuk tetap berkarya. Dalam menumbuh-kembangkan kreativitas peserta didik seorang guru harus penuh warna-warni dengan ide dan teknik karena seorang guru menhadapi benda hidup bukan benda mati. ***

Baca Juga :