Siapa sih orangtua yang nggak mau anaknya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang baik? Siapa juga sih orangtua yang nggak sedih kalau anaknya tidak tumbuh dengan “baik”? Kenapa sulit sekali menaikkan berat badan anak? Gimana cara menaikkan berat badan anak?

Saya adalah satu dari banyak ibu-ibu yang diberikan rejeki luar biasa oleh Allah untuk memiliki anak. Tidak hanya satu, namun hingga dua anak. Berdasarkan pengalaman dengan anak pertama yang sepertinya semua smooth dan lancar, saya mengira bahwa perjalanan dalam membesarkan anak ke-dua kurang lebih akan sama dengan si anak pertama.

Well, saya seperti ditabok dengan kenyataan “Hmm.. Gw beri anak pertama lo dengan pertumbuhan dan kesehatan yang baik, supaya lo gak ragu-ragu untuk punya anak ke-dua“. BAM! Yessss, saya selalu bilang sama banyak orang kalau melahirkan itu menyenangkan. Membesarkan anak juga tidak banyak drama.

Wait til you have the second baby. No no no, bukannya saya bilang Kalandra adalah anak yang sulit. Dia adalah anak yang super nice, gampang didiemin juga kalo nangis. Tapi pertumbuhannya tidaklah se-smooth Sherpa. Jika menilik grafik tumbuh kembang, Kala lahir sedikit di atas garis hijau. Namun grafiknya turun terus menerus hingga hampir di garis merah, alias turun 2 garis.

Apa artinya? Lalu kalau anaknya sehat dan aktif, apa masalahnya? Saya cerita dari awal dulu kali yaa. Awal ketika saya menemukan pertumbuhan Kala tidak sebaik teman-teman seusianya. Di sini juga saya akan share banyak image dari IG Stories karena itulah tempat curhat saya waktu itu. :’) Bear in mind that this is gonna be a long post, but it’s wort your time.

Dimulai dari usia Kala 5 bulan, beratnya terhitung stagnan. Naiknya cuma dikiiiit banget. Di usianya yang 5 bulan, Kala beratnya hanya 6,4 kg. Cuma nambah 300 gram dari bulan sebelumnya. Padahal anak di usia segitu biasanya naiknya jebret per bulan. Seperti dulu Sherpa, sebelum 6 bulan, naik tiap bulannya 800 gram hingga 1 kg. Akhirnya mulai lah tes urin untuk melihat kemungkinan Kala ISK (Infeksi Saluran Kemih), karena ISK ini bisa menghambat pertumbuhan anak. Namun hasilnya negatif, Kala tidak ISK.

Dokternya sampai bilang “Kalau beratnya segini-segini aja bu, Kala harus MPASI dini ya untuk menaikkan berat badan anak.” Poteeeek hati Mamoy. Di usianya 6 bulan kurang seminggu, saya mulai memberikan dia makan. Lahaaaaap pemirsa. Saya sampe bahagia banget. Di sini saya berpikir “Ohh mungkin kemarinan itu dia emang agak males minum ASI, tapi pas mulai makan lebih semangat. Ini mah bulan depan bisa nambah 1 kg”.

Kenyataan berkata lain, saat ditimbang di usia 7 bulan, alih-alih naik, berat badannya stuck! Tetap di 6,8 kg! Sudah dites ISK, sudah sunat, makannya lahap, kok tetap begini sih naaaak? Dokternya bilang gak masalah, karena Kala tetap terlihat aktif dan sehat. Hati ini merasa dapet siraman rohani yang adeeeem.

Sampai Kala menginjak 9 bulan (3 bulan setelah mulai makan), beratnya nambah secimittttt banget. Sekadar share, Kalandra lahir 3,6 kg. Tapi berat di usia 9 bulan hanya 7,3 kg. Padahal untuk ukuran umurnya yang sudah makan, makannya cukup banyak. Dalam sehari, bisa: 3x makan besar, 2x makan buah, 1x cemilan (kentang/ubi), dan hampir selalu habis.

Dari grafik, trennya Kala menurun. Namun dari sisi perkembangan, cukup luar biasa. Dari usia 5 bulan dia sudah merangkak, usia 9 bulan sudah bisa turun kasur sendiri. Daaan hal-hal motorik lainnya cukup dia kuasai. Dari sini, dokternya share beberapa hal:

Faktor-faktor yang bikin anak susah naik BBPola tidur kudu dibenerinHUWAAAAASetelah diberi beberapa wejangan dari dokter tersebut, saya usahaaa banget untuk membuat jam tidur Kala menjadi rutin dan jangan sampai terbangun. Plus juga bobok siangnya sekali aja, saya tidak bolehkan ART di rumah bobokin anak kalo udah sore menjelang magrib supaya bobok malemnya nyenyak.

Jadwal tidurnya rutin, bobok pagi jam 9 – 10.30, Bobok siang jam 14 – 16, dan bobok malam jam 21 – 6. Kata dokter, usahakan jam 10 malam hingga jam 3 pagi tidurnya tidak terganggu, karena di situlah hormon pertumbuhan bekerja. Tapi yaaah tapi namanya nak bayi, pasti ada ajaaa kebangunnya malem-malem, minimal 2-3x.

Gak lama dari situ, Kala mengalami demam tinggi, hingga 41 derajat. Karena agak urgent, saya tidak membawanya ke dokter yang biasa. Saya bawa hanya di dokter depan komplek. Di sebuah RSIA kecil. Dari situ, alih-alih si dokter concern dengan panasnya anak saya, ia lebih highlight berat badan Kala yang minimalis.

Serangan jantungggg dengernyaaDari sini saya nanya “Tapi kenapa ya dok? Makannya anak ini cukup banyak kok. Atau karena ASI saya sudah berkurang di usia dia yang 9 bulan ini?”

Dokter menjawab: “Di usia sekarang kita harus fokus di makannya ya bu untuk menaikkan berat badan anak. Bukan ke ASI. Tapi saya lihat dari grafik, dia mulai bermasalah dari usia 3 bulan menuju ke 4 bulan. Apa yang terjadi di sini?“

Heart broken tudemeksss“Ada 2 kemungkinan bu. Makan dia yang memang kurang proporsional, Ataaauuu, ada masalah dalam tubuhnya sehingga itu yang harus diperbaiki. Langkah pertama, kita coba perbaiki makannya. Perbanyak dagingnya. Sekali makan, minimal daging 40 gram dan karbo 125CC. Lemaknya (dari minyak, butter, dll) harus 3 sendok teh.”

“Kalo dari cerita Ibu, asupan lemaknya kurang. Kebanyakan sayur. Di usia segini sayuran hanya untuk tekstur. Bukan sumber yang terpenting. Sehingga meskipun dia makan banyak, tidak berefek ke penambahan berat badan. Sama kayak orang dewasa, makin banyak makan sayur, ya makin nggak gemuk-gemuk badannya.”

JREEEENG!Go sufor go sufor go!“Trus dok, kalo amit-amit lagi nih, badannya tetep susah naik meski sudah diasup segala macem itu gimana?”

“Kita cek ada apa di tubuhnya. Cek darah, zat besi, kemungkinan kena TBC, alergi, dll.”

Yaaaa Allahurobbi. Banyak benerrr yak PR jadi orangtua yang anaknya “bermasalah”. Ini aja baru masalah BB. Gak kebayang ortu yang anaknya punya penyakit lebih “serius” atau “rare disease” seperti Monda & Auro. Trus saya nanya lagi ke dokter atas dasar kekhawatiran stunting, “Tapi anak saya tingginya baik-baik aja dok meskipun BBnya kurang. Harusnya nggak stunting kan?”

“Kalau BBnya tidak naik-naik juga Bu, lama-lama dia akan menghajar tinggi badan. Ini yang saya khawatirkan. Dia bisa.. GAGAL TUMBUH.”

“KREEEEK.” Suara apa tuh pemirsaaa? Yak betooool, suara hati saya yang pataaaah! *insert cry emoji here*

Setelah memberikan pernyataan yang membuat hati ibu-ibu seJawa Bali potek, dokternya bilang: “Ibu suka kasih anak makan ikan? Gak harus salmon ya. Lama-lama bokek. Ikan lain juga gak kalah bagus.”

“Ok dok. Oh ya untuk tambahan lemak, saya biasanya kasih olive oil. Apakah ada alternatif lain selain itu dok?”

“Gak harus olive oil, minyak kelapa juga bagus untuk menaikkan berat badan anak. Asal jangan cuma sesendok. Minimal 3 sendok teh. Kasih anak Ibu juga yang santen-santenan kayak gulai, opor, dll. Ok ya, ketemu lagi 2 minggu lagi harus naik jadi 8 kg.”

Abis bilang gitu, dokternya kasih kalimat lain yang BOM BANGET KHAN MAEN DEG DAN BIKIN MULES!

INI DIA NIH INI DIAAASempet DEG, tapi emang beneeeer. Tiap liat anak aktif bawaannya mikir “Ah anak gw sehat, kurus-kurus dikit gak masalah“. Apalagi kalo dokter yang ngomong. Tapi deeeeep down my heart, saya tahu kalo saya denial. Saya paham kalau BB dan TB anak tidak sesuai grafik, ya ada yang nggak bener. Ok, ciayoooo semangaaat menaikkan berat badan anak sampe 2 minggu ketemu dokter lagi!

Selama 2 minggu itu, saya dan mbak di rumah berjibaku demi menaikkan BB Kalandra. Dari yang nambahin asupan daging ke makanan sehari-harinya, kasih telor puyuh, kucurin minyak-minyak penambah lemak, butter, keju, santen, pokoknya segala makanan yang mana kalo dimakan orang dewasa, besoknya kolesterol doski udah nyolot.

Setelah 2 minggu berlalu, saya kembali kepada dokter ke-3 Kala yang di depan komplek itu. Loh udah dokter ke-3? Yes, dokter pertama adalah dokter anak di RS dia lahir, tapi kurang sreg ketika dia salah diagnosa sebuah lab test. Dokter ke-2 gak ada masalah, tapi dia selalu bilang Kala baik-baik aja. Makanya kali ini ke dokter ke-3, yang gak sengaja ketemu pas Kala sakit panas yang saya ceritain di atas.

Di RS, saya timbang berat badan Kala dengan harapan minimaaaal naik berapa ratus gram kek nak. Takdir berkata lain, dari berat 2 minggu lalu 7,4 kg, turun jadi.. 7,3 kg. AMBYARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!

CedihhhhhLalu apa next stepnya? Dokter menganjurkan untuk tes darah lengkap, tes urine & feses, serta tes mantoux (TB). Dari dokter saya langsung tes semua, kesian dia kelelahan dan capek nangis karena ditujes-tujes terus. :'(

Selain itu, apa lagi anjurannya? Dokter menyarankan agar Kala diberikan susu formula kalori tinggi, yaitu susu kalori tinggi untuk anak di usia di bawah 1 tahun. Takarannya? 5x sehari.

Trus gimana dengan ASInya? Masih diberikan atau bagaimana? Dokter sih bilang “Ini saya nggak itung ASInya ya bu. Karena kita butuh anak ini mengejar BB ideal. Jadi ASI bukanlah pilihan susu yang cocok untuk tujuan tersebut.

Gak boleh kasih ASI lagi ya AllahuakbarSaya sempet nanya, ada kemungkinan Growth Deficiency Hormon (GHD) nggak dok? Dokter bilang sih ciri-cirinya nggak. Buat yang belum paham, anak sulit tinggi dan besar itu ada beberapa kemungkinan. Salah dua di antaranya, adalah karena stunting (nutrisi yang buruk), ataupun GHD yang disebabkan kelainan hormon. Seperti yang dialami oleh Elizabeth Jennifer, ibu-ibu yang aktif di Instagram itu deh.

Dari situ, saya tanya lagi dokternya “Dok, kalo jelek-jeleknya anak saya gak mau minum si Infatrini gimana?” Dokternya enteng aja ngemeng “Terpaksa kita pake selang ya bu. NGT. Jadi ibu yang suntikin si sufor itu hingga masuk ke selang dan langsung masuk ke lambungnya. Dan itu harus konsisten. Kalo udah jamnya nyusu, meski lagi tidur harus tetep dikasih.”

“Ini.. Sufor aja dok? Berarti anak saya gak makan sama sekali?”

“YES”

Khan maeeeeeen sedihhhh hati aneeeee bang jajaaaa. Karena di usianya yang 10 bulan ini, Kala sudah divonis “GAGAL TUMBUH” oleh si dokter. Dan dilihat dari grafik juga dia sudah -2 garisnya, dari awal dia lahir. Saya bener-bener ngerasa gagal jadi seorang ibu. Dalam hati, saya minta maaf sama semua ibu-ibu yang mungkin pernah sakit hati saya omongan dan tindak tanduk saya.

Langsunggg nyalahin diri sendiriAda temen cowok nanya, Kala kenapa sih, kok saya sampe bolak balik ke RS. Pas saya jelasin, dia bilang gini: “Yaaa.. Elo sih pake kerja..” JEGERRRR. RASANYA KEK DISAMBER GLEDEG TANPA ADA UJAN TANPA ADA BADAI. Terus terang, saya tersinggungggg banget, aseli. Tapi deep down jadi mikir “Apa iya begitu? Apa karena gw kerja sampe anak jadi gak keurus?”

Sampe rumah, saya nangiiiiiiis ajaaaa di kamar. Lemeeeeessss. Nangiiiisss lagi. Saya langsung kepikiran resign dari kantor dan mau full ngerawat anak di rumah. Tapi abis itu lega, dan dalem pikiran, langsung nabok-nabok diri sendiri. “Tiw, lo jangan lemah gini. Ngerawat anak is a must, tapi resign juga belum tentu itu jalan keluarnya. Ayo, kita kudu ngotot benerin pertumbuhan Kala. Caranya bukan dengan menye-menye. Cemungudh!“

Sebulan berlalu sejak saya harus tes segala macem untuk Kala. Hasilnya? Tes urin baik-baik saja, begitu pula tes feses. Namun untuk tes Mantoux (TB), hasilnya adalah inkonklusi. Maksudnya? Harusnya anak yang terkena TB, hasilnya harus merah-merah kulitnya, dan ada benjolan dengan diameter tertentu. Untuk Kala, ada merah-merahnya namun bentolnya tidak terlihat jelas.

Karena inkonklusi itulah, dia dirujuk untuk tes IGRA. Semacam tes untuk lihat ada TB atau tidak, namun lebih komprehensif dan hanya bisa dilakukan di lab besar seperti Prodia. Saat tes IGRA, Saya wanti-wanti dari awal ya, kalo kamu adalah sosok ortu cupu yang gak kuat anak nangis sejadi-jadinya, coba ajak orang lain untuk nemenin.

Tes IGRA ini butuh 4 TABUNG DARAH dimana Kala disuntik di 3 titik yang berbeda karena dia kuat banget. Sehingga, yang ambil darah gak bisa cuma di 1 tempat. Bayangin, buat ambil darah aja sampe 30 menit dan dalam setengah jam itu ya dia nangissssssss sampe lemes dan suaranya dari kenceng ampe lirih.

Meanwhile, percobaan kasih Kala sufor kalori tinggi gagal total. Gaaaak mau sama sekali. Saya mikir, yaudah deh kalo dia gak mau sufor ini, cobain aja sufor lain. Lumayan nambah-nambah boost BB. Tapi tetottttt nyoba 2 merk sufor juga gak mau, pemirsaaa!

Menu makanannya yang kemarin-kemarin kita coba tinggi lemak, saya turunin supaya dia mau makan lagi. Dan bener, dia lebih mau makan dibandingkan ketika nasinya dikasih daging banyak, butter, dll. Di samping itu, saya juga kasih suplemen untuk anak di bawah 1 tahun yang bernama Nordic. Semacam minyak ikan gitu yang bisa nambah napsu makan. Saya beli di Guardian, harganya mayan bikin mingkem, Rp 390.000. Meski harga bikin mingkep, tapi ini lumayan bikin anak mangap.

Nah, tibalah hari dimana hasil tes IGRA keluar. Hasilnya: NEGATIF. Hamdalaaaaah. Dokter pun akhirnya bilang kalo begitu Kala BBnya stuck ya simply gizi. Ketika saya tanya apakah ada kemungkinan alergi, karena Kala suka batuk-batuk atau muntah tanpa sebab. Dokter bilang tanda-tanda alergi nggak, tapi bisa jadi ada GERD.

Hah, masa GERD?Dari dokter di depan komplek itu, saya mulai nggak sreg. Semua obat GERDnya nggak saya tebus, karena ada yang pemakaiannya sampai 3 bulan. Alhamdulillah puji Tuhan yang maha baik, saya bisa bergabung ke grup ibu-ibu yang anaknya seumuran KALA, yaitu Birth Club October 2018. Dari ngobral ngobrol sama buibuk di sana, saya dapet pencerahan untuk mencoba dokter Herbowo Agung yang praktek di RS Hermina Jatinegara dan di RS Bunda. Pindahlah lagi dokter anak Kala, untuk ke-4 kalinya. Fyuh. Bismillaaahh!

Hal yang pertama kali dinotice oleh dokter ke-4 ini sudah bisa diduga: “Buuuuu, kok berat anaknya cuma 7,5 kg nih buuuu?” (Hadeh, timbangan Hermina lebih enteng 150 gram dibanding RS sebelumnya nih, LOL) Saya bales si dokter: “Ya makanya saya ke sini dok. Biar jelas saya udah ngapain aja selama ini, silakan dok..” *lempar segala jenis tes dan hasil lab dengan cantik*

“Ini sempet tes Mantoux dan IGRA bu? Hmmm.. Sebenernya ya bu, hari gini anak hampir gak mungkin kena TB kalo dia tidak tinggal di daerah kumuh, tidak ada yang batuk-batuk, dan tidak ada yang merokok di rumah. Dan juga, tes-tes semacam ini tidak terlalu akurat untuk anak di bawah 5 tahun.”

Elhadalahhh, lemes kaki gua kayak ager-ager murahan yang jadi hadiah abang-abang kloneng-kloneng. “Ok dok, tapi mungkin gak sih anak saya alergi?” “Hampir gak mungkin bu. Anak yang alergi, kulitnya nggak mungkin semulus ini” *Oh ya? Wooow.. lho kok eke jadi iri sama kulit anak sendiri*

“Tapi, dia suka batuk-batuk pas bangun tidur dok. Itu kenapa?” “Ya mungkin aja alergi. Tapi alergi yang berhubungan dengan udara. Debu. Bulu. Alerginya pun bisa jadi ringan dilihat dari fisin dan napasnya ini.” “Trus dia suka pilek kalo abis makan nasi dok”. “Bisa jadi, coba cek maksimal 72 jam setelah makan nasi. Kalau tidak gatal, rash, dan kenapa-kenapa, ya tidak alergi. Tapi saya yakin dia tidak alergi makanan.”

“Nah, dia suka muntah-muntah dikit nih dok. Apakah mungkin anak saya GERD?” “Buuuu, kalo dia dalam sehari muntah-muntahnya nggak sampe 10 – 20x, hampir nggak mungkin dia GERD. Anak saya soalnya ada yang GERD, ciri-cirinya muntah terus setiap mau makan, lagi, makan, dan itu berrrkali-kali. Kalo cuma sekali muntahnya, itu BUKAN GERD.”

Sumpah cuma dokter ini yang buka baju Kala dan periksa bener-bener!Saat dokter Herbowo cek perut Kala, dia bilang “Nih bu, ada yang bengkak nih. Di kiri 1, di kanan 3”. Saya yang bloon ini balik nanya “Kalo begitu artinya apa dok?” “Ya berarti ada infeksi di sekitar sini sehingga kelenjar itu membengkak. Itu adalah tanda-tanda tubuh untuk bilang bahwa ada yang tidak normal.”

“Yaudah, ini cek urin kultur aja ya bu. Biar jelas apakah dia ISK atau tidak. Bisa jadi dia SILENT ISK.” “Trus kalo ternyata positif bagaimana dok?” “Kalo positif, diobati pake antibiotik. Anak saya pernah ISK dan setelah diobati pake antibiotik, naik 1 kg dalam sebulan.” (YA ALLAH AAMIIN ITULAH PINTAKUU!) “Tapi kalo negatif, berarti bukan ke saya lagi bu. Tapi ke dokter gizi.”

MANTUL!Cek lagi deh kultur urin di Prodia. Sebelum hasilnya keluar, saya harap-harap cemas. Di satu sisi gak mau anak sakit apa-apa. Tapi di satu sisi, saya berharap mendingan Kala sekalian emang kena ISK biar diobatin. Karena kalau dia tidak sakit, saya lebih hopeless karena anak ini MAU MAKAN. Jadi akan lebih sulit kalo masalahnya tentang asupan gizi.

Singkat kata singkat cerita, aku dan dia jatuh cinta, hasil lab keluar dan dokter Herbowo membalas Whatsapp saya “Ya bu, ini betul kena ISK“. ALLAAAAHUAKBAARR! Segala galauku hilang seketika. ISK adalah tersangka terakhir yang tidak pernah saya perhatikan, karena selain sudah pernah tes ISK (dan hasilnya negatif), Kala juga sudah disunat.

Menurut pakdok yang baik hati dan cakep itu *eyaaa*, selama anak masih pake popok, kemungkinan kena ISK ya masih ada. Ya namanya aja pipis ketampung. Jadi kalo mau terhindar, pake popok kain atau sekalian nggak pake diapers. Saluuut banget sama dokter ini yang bisa mendeteksi penyakit Kala hanya dalam sekali pertemuan.

Kenapa ISK buat anak susah naik BB?Setelah diobati dengan antibiotik yang diminum selama 4 hari, saya cek kultur urin di lab lagi minggu depannya. Gak langsung selepas antibiotik habis karena kata orang lab biar hasilnya lebih valid. Hasilnya: “KALA SUDAH SEMBUH!” ALHAMDULILLAHHH!

Dua minggu setelah antibiotik, Kala cek rutin di Posyandu, dan ternyata beratnya naik 400 gram, jadi 8,1 kg. Gemanaaaaa eike gak mau nangiss terharu ala-ala film indiahe kaaan? Giling, naik 400 gram dalam 2 minggu tuh adalah salah 1 keajaiban duniaa sih. Tapi BB Kala kan masih belum sesuai dengan usianya?

Lalu gimana? Semuanya saya ceritakan di postingan ke-dua ya teman-teman. Bisa dibaca di Perjuangan, Drama, dan Air Mata untuk Menaikkan Berat Badan Anak (Part 2). Terima kasih udah ngikutin cerita ini. Yang mau tanya-tanya segala rupa, boleh banget komen boleh banget curhat boleh banget nangis dan rangkulan bareng. Yang punya tips menaikkan berat badan anak juga cuss cerita di komen. Semoga anak kita sehat terus yaaaa! :’)

PS: Ini tambahan grafik berat badan dan panjang anak ya. Cek caption untuk lihat detail

Grafik Berat Badan Anak Laki-lakiGrafik Panjang (Tinggi) Badan Anak Laki-lakiGrafik Berat Badan Anak PerempuanGrafik Panjang (Tinggi) Badan Anak Perempuan