Sakit kepala sering dianggap sepele karena biasanya cepat sembuh, apalagi kalau sudah minum obat. Namun, Anda perlu waspada jika sakit kepala terjadi selama berhari-hari dan tak kunjung hilang. Bisa jadi Anda mengalami sakit kepala kronis. Daripada minum obat terus-terusan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mencari tahu penyebab sakit kepala setiap hari yang Anda alami.

Apa itu sakit kepala kronis?
Para ahli tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi di dalam tengkorak saat sakit kepala melanda. Sakit kepala diduga bisa terjadi ketika ada pembuluh darah yang membengkak di kepala, lalu meregangkan saraf di sekitarnya. Nah, hal inilah yang memunculkan sinyal rasa sakit di kepala.

Iklan dari HonestDocsBeli Obat Langung Dikirim! Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️Biasanya, sakit kepala hanya terjadi selama satu hari dan cepat mereda setelah minum obat. Jika Anda mengalami sakit kepala berkelanjutan yang terjadi selama berhari-hari, persisnya 15 hari atau lebih setiap bulan, bisa jadi Anda mengalami sakit kepala kronis.

Selain dari durasi, seseorang dikatakan mengalami sakit kepala berkelanjutan jika mengalami gejala berikut:

* Nyeri pada salah satu atau kedua sisi kepala;
* Kepala terasa berdenyut-denyut atau menegang;
* Bisa terasa ringan sampai parah;
* Mual atau muntah;
* Berkeringat;
* Sensitif terhadap cahaya atau suara;
* Hidung tersumbat atau justru berair;
* Mata merah atau berair.

Namun, tidak semua orang mengalami gejala yang sama persis. Ada yang hanya merasakan nyeri di kepala, tetapi ada juga yang sampai mual muntah. Hal ini tergantung dari jenis sakit kepala yang dialami masing-masing orang.

Baca selengkapnya: 8 Jenis Sakit Kepala Berkepanjangan dan Gejalanya

Apa penyebab sakit kepala setiap hari?
Penyebab sakit kepala setiap hari sebetulnya masih belum diketahui dengan jelas. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh hal-hal berikut:

* Otot tegang di kepala dan leher, sehingga menyebabkan nyeri;
* Rangsangan dari saraf trigeminal atau saraf utama yang terdapat di wajah. Ketika saraf ini aktif, maka dapat menyebabkan nyeri di bagian belakang mata. Terkadang disertai juga dengan hidung tersumbat dan mata merah;
* Perubahan hormon dalam tubuh, seperti serotonin dan estrogen;
* Faktor genetik;
* Gonta-ganti obat sakit kepala atau minum obat sakit kepala terlalu lama, yakni lebih dari 2 hari per minggu;

Meski sekilas tampak sepele, sakit kepala berkelanjutan juga perlu diwaspadai. Apalagi jika gejalanya tak kunjung hilang atau terus memburuk, hal ini bisa jadi pertanda ada gangguan serius yang terjadi di kepala.

Iklan dari HonestDocsBeli Obat Saraf & Otak via HDmall Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan sakit kepala setiap hari yang tergolong kronis adalah:

* Peradangan pada pembuluh darah di atau sekitar kepala, termasuk stroke;
* Infeksi, contohnya meningitis;
* Tekanan intrakranial yang terlalu tinggi atau rendah;
* Tumor otak;
* Cedera otak.

Namun, Anda tidak boleh mendiagnosis penyakit secara pribadi, ya. Sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter untuk memastikan penyebab sakit kepala yang Anda alami setiap hari.

Cara mengatasi sakit kepala berkelanjutan
Sakit kepala setiap hari tidak boleh diremehkan. Ini juga bukan berarti Anda boleh minum obat lebih banyak hanya demi mengurangi gejalanya. Alih-alih menyembuhkan, minum obat terlalu banyak atau melebihi dosis malah bisa memperparah kondisi.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi sakit kepala setiap hari, antara lain:

1. Pemberian obat sakit kepala
Saat konsultasi ke dokter, jenis perawatan akan disesuaikan dengan penyebab sakit kepala yang Anda alami. Bila dokter masih belum dapat menentukan penyebabnya, maka dokter biasanya akan meresepkan obat untuk mencegah sakit kepala kambuh lagi.

Daftar obat yang dapat diresepkan untuk mencegah atau mengatasi sakit kepala berkelanjutan adalah:

Iklan dari HonestDocsBeli Obat Saraf & Otak via HDmall Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️ * Antidepresan golongan trisiklik, seperti amitriptyline dan nortriptyline. Obat ini dapat membantu mencegah sakit kepala sekaligus mengatasi kecemasan atau depresi selama sakit kepala berlangsung;
* Beta-blocker, seperti propranolol dan metoprolol;
* Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID), seperti ibuprofen dan naproxen;
* Obat anti kejang seperti gabapentin dan topiramate;

Obat-obatan tersebut umumnya membutuhkan resep dokter. Oleh karena itu, pastikan Anda mengikuti dosis dan aturan minum obat dari dokter agar manfaatnya maksimal dalam tubuh.

Baca selengkapnya: Pilih Obat Sakit Kepala Sesuai Jenis dan Gejalanya

2. Pola hidup sehat
Penanganan sakit kepala berkelanjutan tidak melulu soal obat-obatan. Satu hal yang tak kalah penting adalah dengan membiasakan diri melakukan pola hidup sehat. Tak hanya dapat membantu mengatasi sakit kepala setiap hari, hal ini juga dapat mencegah agar gejalanya tidak mudah kambuh.

Hindari hal-hal yang dapat memicu sakit kepala, seperti minum minuman berkafein (teh atau kopi) hingga kebiasaan merokok. Usahakan untuk tidur cukup 7-8 jam setiap malam dan rutinlah berolahraga dimulai dari yang paling ringan, seperti berjalan kaki atau jogging keliling taman.

Penting juga bagi Anda untuk mengelola stres. Tanpa disadari, stres adalah salah satu pemicu sakit kepala kronis yang membuat kepala Anda nyut-nyutan berhari-hari. Cobalah melakukan yoga, meditasi, atau sekadar menjalani hobi Anda supaya pikiran lebih tenang dan bahagia. Dengan demikian, Anda dapat terhindari dari sakit kepala setiap hari dan bisa kembali beraktivitas dengan leluasa seperti biasanya.

Baca juga: Anak Anda Sakit Kepala? Cermati dan Kenali Penyebabnya

Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.